Senja di Kebun Kapulaga

1,175 kali dibaca

Surayut terus melamun. Bahkan ketika pantatnya yang menempel di atas kursi empuk itu telah terasa panas, ia tetap duduk. Kedipan matanya juga mengerjap lambat.

Di depannya ada segelas teh yang telah menjadi dingin, tak tersentuh oleh bibir yang mengering. Seekor lalat mencecapnya, di ujung bibir gelas. Dan perempuan bertubuh kering itu sama sekali tak menghiraukan. Pikirannya terus berpijar, menyusuri lorong-lorong waktu yang telah ia lewati hingga detik ini.

Advertisements

Baru seminggu yang lalu Surayut menjanjikan Arjuan melanjutkan sekolah. Sepetak tanahnya akan ia jual untuk membiayai anak semata wayangnya itu kuliah kedokteran di kota, seperti janji mendiang suami yang mewarisi dua hektare tanaman kapu laga, yang kini ia jadikan sandaran untuk mencukupi kebutuhan hidup, mengobati stroke, serta untuk keperluan suami barunya.

Tanah itu dibeli dari jerih payah mereka berjualan hasil pertanian di pasar Donomulyo selama bertahun-tahun. Ketika harga kapulaga meledak, mendiang suami pertamanya dulu cepat-cepat menanaminya dengan kapulaga. Kini, bertahun-tahun lamanya setelah tumbuhan itu pertama kali ditanam, ia dapat menghasilkan uang berjuta-juta setiap kali panen.

Suaminya meninggal tatkala kapulaga itu baru mulai berbuah, dan Arjuan masih kanak-kanak kala itu. Dia menikah dua tahun berikutnya dengan seorang pemuda tampan. Hidupnya ia renda hari demi hari bersama lelaki bernama Harjo itu sembari membesarkan anaknya. Mimpi mendiang suaminya untuk menjadikan Arjuan sebagai dokter kian jadi nyata. Di sekolah, anak itu tak pernah luput dari prestasi.

Akan tetapi mimpi-mimpi untuk menyekolahkan anaknya itu harus pupus musnah beberapa hari yang lalu. Ketika Surayut ke ladang untuk mengirimi Arjuan makanan kesukaannya, ia temukan beberapa tanaman kapulaga roboh berantakan dengan jejak-jejak busa yang menempel di dedaunan dan bercecer di tanah basah.

Bau asap rokok melesat memenuhi rongga penciumannya. Matanya sibuk mencari. Lalu ia temukan batang rokok itu masih berasap di bawah pelepah pohon pisang dan batang kapulaga. Naluri keibuannya membuncah penuh kekhawatiran. Ia sibak daun-daun kapulaga yang rimbun, yang menampar-nampar wajah dan tubuh keringnya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

One Reply to “Senja di Kebun Kapulaga”

Tinggalkan Balasan