Surga Maya

1,284 kali dibaca

Siang itu ia melangkah melintasi gerbang pondok. Membelok ke kiri, kemudian menyusuri jalanan yang sepi. Di bawah mendung yang menudung, angin sepoi membelai-belai kerudungnya yang tersampir di punggung. Ia terlihat berjalan seperti angin, lalu menghilang di sebuah tikungan ketika gerimis mulai membasahi debu jalanan.

Itulah terakhir kali orang-orang melihatnya, beberapa tahun lalu. Beberapa tahun kemudian, orang-orang hanya mendengar namanya saat bertukar cerita dari sumber-sumber yang samar. Ceritanya semaya namanya.

Advertisements

Menurut cerita, sosoknya kadang terlihat sekilas di suatu tempat yang jauh. Sosok itu juga muncul di tempat-tempat yang berbeda-berbeda hanya sekelebatan, lalu menghilang, tak terlacak jejaknya, sampai beberapa waktu kemudian ada orang mengenali sosoknya, entah di mana. Sosok itu kadang terlihat di antara orang-orang yang dikenal, tapi sering juga terselip di dalam kerumunan orang-orang asing.

Tapi cerita-cerita yang samar itu punya benang merahnya sendiri. Sosoknya ternyata selalu muncul di tempat-tempat orang mati. Sosok itu selalu terlihat, juga dengan samar, di antara kerumunan orang-orang yang sedang melayat, atau terselip di barisan orang-orang yang menyalati mayat, atau berdiri dengan khusyuk di suatu tempat menyaksikan penguburan jenazah. Tapi penampakannya selalu seperti siluet. Nyaris tak ada orang yang menyadari dari arah mana sosok itu datang atau ke arah mana menghilang. Yang kemudian mulai disadari banyak orang adalah ini: selalu ada sosok perempuan asing di hampir setiap ada kematian.

Jika cerita-cerita yang samar itu dirangkai, pertama-tama, kelebatan sosok perempuan itu sering terlihat di mana-mana. Ia selalu melangkah tiada henti, berjalan seperti angin, dan orang tak pernah tahu ke mana tujuannya. Tapi sosok itu selalu berhenti di tempat orang mati. Tidak peduli apakah orang yang mati itu, atau keluarganya, dikenalnya atau tidak. Tidak peduli apakah yang mati itu orang baik atau jahat. Tidak peduli apakah yang mati di situ pembesar, tokoh berpengaruh, orang suci, atau gelandangan. Tidak peduli apakah banyak yang melayat atau justru tak ada yang sudi menghormati kematian si mayat.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan