Belajar Bahagia dari Imam al-Ghazali

1,029 kali dibaca

Siklus kehidupan tidak pernah lepas dari dinamika atau persoalan sosial, budaya, dan agama   yang kita sendiri tidak pernah menduga apa yang akan menimpa kita. Sebab, kita hanya aktor yang langsung disutradarai oleh Sang Pencipta.

Meski, barangkali ada segelintir dari kita yang bisa menerka apa yang akan terjadi di masa depan, tetapi itu hanya berlaku bagi kekasih-Nya. Dan, tidak menutup kemungkinan, kita juga bisa melakukan hal demikian, mendekatkan diri kepada Allah. Hanya, usaha yang harus kita kerahkan tidak sedikit alias banyak.

Advertisements

Statemen tersebut pernah dibuktikan oleh ulama terkemuka yang menyandang gelar Hujjatul Islam, Imam Abu Hamid Muhammad al-Ghazali, yang dikenal luas akan ilmu tasawufnya. Nyatanya Imam al-Ghazali dulu tidak jauh berbeda dengan kita. Melakukan apa yang kita lakukan sekarang, seperti berdagang salah satunya.

Namun, setelah sang ayah wafat, al-Ghazali dan saudaranya dititipkan kepada ulama sufi. Nah, dari situlah al-Ghazali mencari guru. Hingga pada akhirnya al-Ghazali menulis banyak kitab tentang kebatinan. Salah satunya karyanya yang fenomenal adalah Ihya Ulumuddin.

Dari sekian banyak karya al-Ghazali, salah satunya adalah kitab Kimiya’us Sa’adah, yang diindonesiakan oleh KH A Mustofa Bisri (Gus Mus) menjadi buku berjudul Proses Kebahagiaan.

Buku ini banyak menjelaskan tentang masalah kebatinan yang sering menimpa kita. Apalagi seperti zaman sekarang yang seolah sudah tidak tahu kodrat kita di bumi. Sehingga banyak orang yang memberikan pertanyaan spesifik, siapa kita? Apa tujuan kita diciptakan?  Mengapa kita harus diciptakan? Begitulah kita, ciptaan yang sudah lupa pada hakikat kita. Inilah yang sedang melanda manusia zaman sekarang.

Zaman sekarang kita sudah lupa pada esensi kita berada di bumi. Kita sudah tidak lagi mengenal aturan syariat yang semestinya patut kita dahulukan dari pada aturan yang lain. Kita sudah tidak mengerti apa itu iman dan Islam, sebab semua yang menjadi wajib, semenjak kita ditiupkan ruh, dilupakan begitu saja.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan