Infak Si Yatim

1,371 kali dibaca

(1)

Suara kaset sang qori mulai diperdengarkan dari corong masjid. Hampir seisi kampung yang sunyi dan sepi penduduk itu akan mendengar suaranya. Masjid telah bersiap menampung jamaah penduduk kampung. Sesekali suara beduk ditabuh. Semakin dekat waktu, suaranya pun semakin bertalu-talu.

Advertisements

“Mak, Faisal mau Jumatan dulu!”

“Iya, Faisal. Segera berangkat sana biar dapat unta.”

Faisal nampak terdiam sejenak. Tak hendak berangkat. Tak hendak pula bersuara. Ada sesuatu yang sengaja disembunyikannya. Sang emak yang sedang menggoreng kerupuk pun mulai merasakan keganjilan.

“Kenapa kamu tak segera berangkat? Kalau telat nanti dapat ayam lho, atau malah tidak dapat pahala!”

“Faisal boleh minta uang, Mak?”

“Untuk apa kamu minta uang? Kamu lihat khan, Mak menggoreng kerupuk untuk besok dijual ke pasar. Beberapa hari ini kamu tahu sendiri Mak sakit. Mak hanya punya sedikit uang untuk kebutuhan.”

“Ya, sudah Mak. Biar Faisal pecahin celengan Faisal saja.”

“Jangan. Itu nanti untuk persiapan tahun ini kamu sekolah di Aliyah. Sekarang kamu perlu uang untuk apa?”

“Dimasukkan kotak amal.”

Faisal pun berangkat dengan hati yang lapang. Selembar uang bergambar KH Idham Chalid pun digenggamnya erat-erat. Ia ingin berinfak, dari Jumat ke Jumat. Ketika kotak amal mendekatinya, Faisal bergegas merogoh sakunya. Selembar uang itu pun dimasukkannya ke dalam kotak amal.

“Cuma selembar saja, seperti aku sepuluh ribu!” ejek teman di sebelahnya yang ternyata sedari tadi memperhatikannya.

“Iya Jumat depan.”

“Kalau infakmu sedikit, di akhirat bakal sulit. Ingat khan kata Pak Ustaz kemarin?”

“Iya, tapi Makku tadi bisa kasih segini saja!”

“Bilangin Makmu untuk rajin infak. Biar banyak rezeki seperti Ibuku!”

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan