Darus Sunnah, Pelopor Pesantren Hadis di Indonesia

2,824 kali dibaca

Tak banyak pondok pesantren kekhususan hadis dan ilmu hadis di Indonesia. Yang sudah banyak adalah pesantren dengan kekhususan hafalan (hafiz) dan ilmu Al-Quran. Dirintis oleh KH Ali Mustafa Ya’qub yang dikenal sebagai “Pendekar Hadis”, Pondok Pesantren Darus Sunnah menjadi pelopor pesantren hadis di Indonesia hingga kini.

Terletak di Pisangan Barat, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, pesantren yang didirikan pada 1997 ini semula bernama Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darus Sunnah (Ma’had Darus Sunnah al-Daulī li ‘Ulūm al-Hadīth). Namun, pada 2011 nama pesantren berubah menjadi Darus Sunnah International Institute for Hadith Science setelah pada 2010 dibuka cabang di Janda Baik, Pahang, Malaysia.

Advertisements

Pendiri sekaligus pengasuh Pesantren Darus Sunnah adalah KH Ali Mustafa Ya’qub, yang telah wafat pada 28 April 2016. Kini, Pesantren Darus Sunnah merupakan peninggalan yang sangat berharga dari KH Ali Mustafa Ya’qub. Karena, dari pesantren inilah lahir banyak ahli hadis di Indonesia.

KH Ali Mustafa Ya’qub lahir di desa Kemiri, kecamatan Subah, Kabupaten Batang, Jawa Tengah pada 2 Maret tahun 1952. Dari kecil, sebenarnya tak ada cita-cita dalam diri Ali Mustafa Ya’qub untuk mendalami ilmu-ilmu agama. Ia ingin meneruskan pendidikannya di sekolah umum. Namun, Tuhan berkehendak lain. Setamat SMP, Ali Mustafa langsung diantarkan ke pesantren oleh ayahnya.

Akhirnya, pada 1966, Ali Mustafa tercatat sebagai santri di Pesantren Seblak Jombang. Saat itu,  Pesantren Seblak Jombang diasuh KH Ma’shum Ali. KH Ma’shum Ali ini merupakan salah seorang santri pertama Hadratussyeikh Hasyim Asy’ari.

Tiga tahun kemudian, giliran Ali Mustafa yang nyantri di Pesantren Tebuireng Jombang. Saat itu, Pondok Tebuireng diasuh KH Syamsuri Badawi, KH Adhlan Ali, KH Shobari, dan KH Idris Kamali. Sejak saat itulah Ali Mustafa menekuni berbagai macam kitab kuning. Pada 1972, Ali Mustafa Yaqub melanjutkan kuliah di Universitas Hasyim Asy’ari Jombang dan lulus pada 1975. Setahun kemudian, ia berangkat ke Saudi Arabia untuk belar di Fakultas Syari’ah Universitas Islam Imām Muhammad bin Sa’ud, Riyadh. Ali Mustafa memang memperoleh beasiswa penuh dari pemerintah Arab Saudi.

Setelah lulus pada 1980, Ali Mustafa melanjutkan lagi studi di Departemen Studi Islam jurusan Tafsir dan Hadis Universitas King Sa’ud dan lulus pada 1985. Bertahun-tahun kemudia, pada 2006, Ali Mustafa mengambil program doktor di Universitas Nizamia Hyderabad India, dan pada 2007 mampu menyelesaikan program doktor pada konsentrasi Hukum Islam universitas tersebut.

Di Tanah Air, KH Ali Mustafa Ya’qub mengajarkan ilmunya di berbagai lembaga pendidikan. Misalnya, ia menjadi pengajar di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta untuk mata kuliah hadis dan ilmu hadis. Selain itu, KH Ali Mustafa juga mengajar di Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur’an (PTIQ) Jakarta, Pengajian Tinggi Islam Masjid Istiqlal Jakarta, Institut Agama Islam Shalahuddin al-Ayyubi (INNISA) Tambun Bekasi, dan Universiatas Islam Negeri Syarif Hidayatulllah (UIN) Jakarta

KH Ali Mustafa juga makin intens dengan dunia pesantren. Tercatat, KH Ali Mustafa pernah menjadi Pengasuh Pesantren al-Hamidiyah Depok (1995-1997) dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STIDA) al-Hamidiyah Jakarta (1991-1997). Selain itu, juga menjadi anggota Komisi Fatwa MUI sejak 1987.

Sebagai seorang akademisi sekaligus muhaddis, salah satu yang menjadi perhatian utama KH Ali Mustafa adalah memberantas penyebaran hadis-hadis palsu yang banyak didakwahkan di berbagai forum-forum pengajian di Tanah Air. Itulah kenapa KH Ali Mustafa kemudian mendirikan pesantren dengan kekhususan mengaji hadis dan ilmu hadis, yaitu Pesantren Darus Sunnah yang kita kenal sekarang.

Sebagai pesantren hadis, kitab-kitab yang diajarkan dan dikaji adalah kitab hadis dan ilmu hadis. Kitab hadis yang diajarkan meliputi kitab hadis yang enam (Al-Kutub As-Sittah), sedangkan untuk ilmu hadis meliputi mustalah hadis, takhrij hadis, dan metode memahami hadis antara lain kitab Tadrīb al-Rāwī karya al-Suyūṭī, Taisīr Muṣṭalaḥ al-Ḥadītsdan Uṣūl al-Takhrīj wa Dirāsat al-Asānīd karya Maḥmūd al-Ṭaḥḥān, Takwīl Mukhtalaf al-Ḥadīth karya Ibn al-Qutaibah, dan lain-lain.

Berbeda dengan pondok pesantren pada umumnya yang jumlah santrinya bisa mencapai ribuan bahkan belasan ribu, jumlah mahasantri di Pesantren Darus Sunnah memang sangat dibatasi. Tiap tahun, misalnya, Pesantren Darus Sunnah hanya menerima sekitar 20 santri putri dan 30 santri putra dengan tes seleksi masuk yang sangat ketat. Dengan demikian, proses pembelajaran bisa berjalan optimal.

Dengan pembatasan jumlah santri, Pesantren Darus Sunnah memang tak banyak menelurkan alumni. Sejak didirikan hingga tahun 2018, misalnya, pesantren ini baru meluluskan sekitar 350 sarjana dengan ijazah Lisence (Bachelor) dalam Ilmu Hadis. Tapi, dari yang sedikit itu, yang dilahirkan adalah para spesialis di bidang ilmu hadis atau muhaddis, yang tak banyak populasinya di Indonesia.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan