Mungkin hanya sedikit orang yang percaya dengan ceritaku ini. Maukah kau mendengarkannya?
Dia hanya mendengus, lalu menggoyang-goyangkan ekornya, kemudian menggelendot ke lengan kananku. Bulu-bulunya tampak bersih dan dia terlihat semakin gemuk.
Matanya menatapku dengan penasaran. Itu artinya dia ingin mendengarkan ceritaku. Dia pun semakin larut, di tengah-tengah gempuran dingin. Hujan semakin deras. Aku melihat cahaya-cahaya kilat menjilat-jilat dari jendela kaca, disusul dengan suara guntur yang menggelegar.
“Baiklah akan aku ceritakannya untukmu.”
Waktu itu tak ada satupun orang yang bisa menolongku saat aku terlilit akar pohon yang sangat besar. Akar itu dapat menjadi panjang. Terkadang menjadi pendek dengan ukuran besar.
Aku juga tidak tahu makhluk apa gerangan. Namun, percayalah padaku bahwa jika seseorang dalam keadaan di alam bawah sadar, seolah-olah seperti mimpi, namun begitu mengerikan. Nyaris aku dibuat mati olehnya.
Namun aku berusaha untuk melepaskan diri dari lilitannya dan berusaha untuk hidup. Jika aku tidak bisa melepaskan diri dari cengkeramannya, mungkin aku sudah mati. Ini perkara takdir bukan?
Aku berlari semampuku dari kejaran akar pohon itu. Beberapa kali tersandung. Namun, untuk menyelamatkan hidupku, aku berusaha mati-matian dengan terus berlari. Aku berlari seperti tidak berujung. Napasku tersengal-sengal seperti mau putus. Untung saja, akar pohon itu tidak mengejarku lagi.
Namun saat aku beristirahat dari kejaran makhluk mengerikan itu, aku mendengar suara tangisan perempuan. Tidak salah lagi itu adalah suara tangisan ibuku.
Masyaallah, cerita yang sangat dalam sekali. Kalau boleh, apakah bisa diulas lebih dalam lagi tentang Kiai Ghofar :).