Pesantren dalam Kajian Konstruksi Sosial Peter L Berger

2,328 kali dibaca

Pada dasarnysa manusia terlahir tanpa adanya mekanisme tatanan atas hidupnya. Manusia merupakan makhluk sosial sekaligus sosiologis, membutuhkan peran orang lain serta menghasilkan sesuatu atas kecenderungan nalurinya. Seiring tumbuhkembangnya, manusia mulai mengenal sebuah kecenderungan beserta keinginan naluri untuk melakukan sesuatu, hingga akhirnya menghasilkan sebuah budaya. Budaya yang dihasilkan manusia itu sendiri sejatinya merupakan hasil dari penataan pengalaman dan dunianya sendiri. Itu artinya, mekanisme penataan kehidupan manusia tercipta dari dirinya sendiri.

Pemahaman atau pemikiran tersebut menjadi asumsi yang mendasari Peter L Berger mencetuskan teori konstruk sosialnya. Sosiolog Peter L Berger menggambarkan adanya tiga kerangka mengenai momentum proses sebuah konstruksi sosial, yakni eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Dari ketiga tahap tersebutlah yang secara berurutan akan menghasilkan sebuah konstruksi realitas sosial. Konstruksi sosial yang dihasilkan tersebut kemudian menjadi jalan yang ditempuh suatu kelompk masyarakat sosial, menggunakannya sebagai arah tujuan berkehidupan dan mewujudkan cita-cita bersamanya.

Advertisements

Esai ini akan membahas tentang konstruksi sosial keagamaan di lingkungan pesantren, dengan menggunakan teori konstruksi sosial keagamaan yang dibangun Peter L Berger sebagai pandangan ilmiah. Meskipun, Peter L Berger bukan seorang yang beragama Islam, namun pemikirannya tentang konstruksi realitas sosial patut digunakan untuk menguraikan bagaimana sebuah pesantren sebagai institusi keagamaan mampu mengkonstruksi realitas sosial keagamaan.

Institusi Pesantren

Pesantren merupakan sebuah institusi sosial keagamaan yang lahir dan tumbuh berkembang di Indonesia. Sebenarnya, pesantren lahir bukan sekadar sebagai pemenuhan kebutuhan akan pentingnya pendidikan, melainkan sebagai lembaga penyiaran agama Islam.

Menurut M Dawan Raharjo, dahulu pada awal pertumbuhannya, pesantren dikenal dengan identitas pusat penyebaran agama Islam, di samping juga sebagai tempat mencari ilmu. Namun lebih dari itu, tidak berlebihan bila pesantren disebut juga sebagai intstitusi sosial. Sebab, terjadi sebuah perubahan sosial di dalam dan di luar pesantren. Pesantren tergambar jelas menunjukkan perannya sebagai agent community development (agen pembangun komunitas) dari sistem pendidikan nasional hingga menjadi pendidikan alternatif. Dalam konteks sosiologis, pesantren merupakan hasil tatanan masyarakat pesantren itu sendiri, masyarakat umum, dan pemerintah yang menempatkan pesantren dalam peran di bidang pendidikan, budaya, dan sosial.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan