Koruptor yang Budiman

1,229 kali dibaca

Ia masih memikirkan mimpi buruknya usai melewati malam yang panjang dan mendebarkan. Seorang laki-laki tambun, berkacamata bening menghampiri Rusli yang terkurung di dalam jeruji, melangkah pelan diiringi oleh petugas sipir. Petugas sipir membuka gembok sel tahanan. Lelaki itu hanya diberi waktu kunjungan lima belas menit oleh petugas sipir.

“Biarkan kami berbicara berdua,” pinta lelaki itu kepada petugas sipir. Ia adalah Pengacara Karmain yang disewa untuk menangani kasus yang menjerat Rusli. Lalu petugas sipir berlalu.

Advertisements

“Di penjara tidak mengerikan seperti yang kau pikirkan. Kau bisa melakukan apa saja. Kau boleh pelesir ke mana pun yang kau mau. Kau juga bebas pulang kapan saja, jika kau rindu keluarga. Aku bisa mengaturnya. Penjara tidak seburuk bagi seorang koruptor seperti dirimu,” kata Pengacara Karmain mencoba menggoyahkan kecemasan Rusli.

Ia dinyatakan bersalah setelah pengadilan memutuskan, ia sebagai tersangka penggelapan uang dana untuk penanggulangan bencana.

“Baiklah, semoga aku betah di penjara untuk beberapa waktu ke depan,” kata Rusli.

“Aku akan mengajukan banding, agar mendapat potongan kurungan,” ucap Pengacara Karmain mencoba menenangkan.

“Bagaimana jika hukuman mati itu benar-benar terjadi?” ucap Rusli cemas.

“Itu tidak mungkin,” jawab Pengacara Karmain singkat.

***

Barangkali, di benak rakyatnya untuk menggambarkan kekecewaan, mereka membuat meme yang berbunyi, “amanah tidak perlu, uang rakyat nomor satu.”

Di suatu sore di penjara, Rusli mencemaskan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu ia cemaskan. Ia bersandar di tembok lusuh berwarna putih sebelum ia dipindahkan ke penjara eksekutif. Pikiran buruknya selalu menuju pada sebuah hukuman mati yang seolah-olah akan menimpa dirinya. Tentu saja kepindahannya, tergantung kepandaian Pengacara Karmain melobi kepala sipir untuk memindahkan Rusli ke penjara yang lebih baik.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan