Jelajah Pondok di Sumatra (4): “Sikola Arab” di Antara Dua Sungai

1,755 kali dibaca

Penjelajahan kita di Sumatra Utara khususnya di Tapanuli Selatan kita lanjutkan lebih ke timur Nabundong, yaitu Sungai Dua Portibi. Kita tidak sekadar menuliskan pesantren berdasarkan lokasi geografisnya. Kita juga akan melihat bahwa sejatinya pesantren-pesantren tersebut ternyata berjejaring atau terhubung satu sama lain.

Tulisan Jelajah Dunia Pesantren di Sumatra (2) dan Jelajah Dunia Pesantren di Sumatra (3) berjejaring karena ada relasi murid-guru antara KH Abdullah Harahap, pendiri Pondok Pesantren Nurul Falah Panompuan dengan Syekh Ahmad Daud Siregar pendiri Pondok Pesantren Darul Ulum Nabundong Gunung Tua Jae Tapanuli Selatan.

Advertisements

Pada Jelajah Dunia Pesantren di Sumatra (4) kita akan membahas mengenai jejaring yang menghubungkannya dengan Pondok Pesantren Nabundong. Saya melihat ada pentingnya bagi kita melihat jejaring di antara pondok pesantren tersebut untuk melihat pandangan dunia dan pandangan akhirat yang melatari dunia pesantren di Sumatra Utara, khususnya di Tapanuli Selatan.

Syeikh Mukhtar Harahap Belajar ke Makkah

Sebenarnya, hubungan Syekh Ahmad Daud Siregar dengan Syekh Mukhtar Harahap tidak terjalin secara langsung. Syekh Ahmad Daud Siregar belajar di Darul Ulum Makkah pada tahun 1916-1923. Sementara itu, Syekh Mukhtar Harahap belajar di Darul Ulum Makkah pada tahun 1925-1931. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa keduanya tidak berada di tempat yang sama pada waktu yang sama di Darul Ulum Makkah. Jadi, yang menyambungkan mereka adalah Darul Ulum dengan segala kelengkapan yang melingkupinya.

Sebelum berangkat ke Makkah, baik Syekh Ahmad Daud maupun Syekh Mukhtar sama belajar di Langkat dan di Kedah. Untuk sementara, saya menyimpulkan bahwa sanad keilmuan mereka terutama yang berhubungan dengan tarikat An-Naqsabanyiah tersambung pada Syekh Abdul Wahab Rokan di Langkat dan kepada Syekh Idris Air Hitam Kedah Malaysia.

Ada satu hal yang menbedakan mereka. Syekh Ahmad Daud pulang dari Darul Ulum Makkah bersamaan dengan kisruh Wahabi, sedangkan Syekh Mukhtar justru berangkat ke Makkah bertepatan dengan kisruh tersebut. Barangkali, itulah yang mempengaruhi pilihan Syekh Mukhtar dengan menerapkan sistem pendidikan modern untuk santri-santri muda dan pemula.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan