DONGENG MENOLAK MATI

809 kali dibaca

DONGENG

Selain matahari yang kerap tergelincir
Aku melihat ada ribuan mulut
sering mengutuk takdir

Advertisements

Selain kesempatan yang kerap hilang
Aku merasakan sebuah janji
yang bermain-main di balik ilalang.

Selain laut yang luas tak bertepi
Aku menyaksikan sendiri
ribuan orang membakar diri
dengan keinginan yang berapi-api
semua dibeli demi harga diri.

Selain tanah luas tak berpenghuni
Aku mengintip dari kedalaman sepi
banyak hati yang lapang
tapi padat iri dan benci.

Padahal mereka itu
ialah para ahli ilmu.

Dari jauh melambai-lambai
sambil berteriak: “Inilah
dongeng yang menolak mati”

Tulungagung, 2020.

 ASMARA YANG FANA

Tidak hanya pena yang fana
di ruang asrama, tapi juga asmara
Barangsiapa sengaja lupa
bersiaplah terima luka.

Tidak hanya sepasang sandal bakal hilang
di halaman masjid, tapi juga iman
Barangsiapa menyia-nyiakan kesempatan
bersiaplah terima kehilangan.

Tidak hanya wirid dan ijazah yang harus dibaca
Sepanjang musim dan cuaca, tapi juga rasa percaya.
Barangsiapa meninggalkannya
buatlah muara bagi air mata.

Tidak hanya istikamah yang harus dijaga
dalam mempelajari ilmu-ilmu dunia
dan akhirat. Barangsiapa selalu sambat
siapkan ruang bagi beban nan berat.

Tidak hanya nafsu yang harus ditahan
terhadap hasrat dan keinginan
barangsiapa rentan menurutinya
bersiaplah tenggelam dalam sengsara.

Tulungagung, 2020.

BELAJAR BAHASA

Penyair memeras segala peristiwa
menjadi tinta ke dalam kata-kata
dengan bahasa sederhana
agar mudah dibaca
siapa saja.

Seperti Al kitab yang mampu bercerita
Tanpa ada salah: titik dan koma.

Tentang awal mula alam raya
Tentang surga dan neraka
Tentang kebenaran rencana
Tentang perjalanan cinta
Adam dan Hawa
Tentang iblis yang penuh tipu daya
Atau tentang segala rahasia.

Semua jelas di dalamnya
saat aku menafsirkan senyummu
yang dicipta Tuhan di dunia
sebagai penyempurna naskah
pada halaman terakhir takdirku.

Maka kuputuskan lagi
belajar bahasa pada puisi
cara mengabadikan senyummu
secara menyeluruh dan utuh.

Tulungagung, 2020.


PUNCAK KEDAMAIAN

Aku berniat menanam kata-kata
dari bawah hingga pucuk gunung
supaya kelak mereka menjadi pohon rindang
berdaun kasih sayang penuh kedamaian

Di antara udara bersih bersenandung puisi
padang rumput dan ilalang ramah melambai-lambai
semilir angin bermain bersama anak-anak ranting
di langit awan putih membentang menawan

Medan terjal menantang ingatan
kenangan: pemandangan paling menakutkan

Memang benar betapa yang jauh dan tinggi
lebih memukau betapa yang susah
payah lebih nikmat dan betapa
yang sepi yang sunyi lebih inti

Sebagaimana senyummu yang
membawaku ke puncak kedamaian

Tulungagung, 2021.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan