Anak dan Dimensi Pendidikannya

2,976 kali dibaca

Hari ini, Jumat, 23 Juli 2921, adalah Hari Anak Nasional. Bertolak dari hari istimewa bagi anak ini, sepatutnya kita dapat mengambil nilai ajar yang mengedepankan hak-hak seorang anak agar kelak ketika sudah dewasa dapat berperan aktif dan positif di tengah-tengah kehidupan. Sebagai orang tua (orang yang sudah dewasa), berkewajiban untuk memperhatikan dan memberikan pendidikan yang baik agar kehidupan ini berjalan sesuai dengan kaidah sosial kemasyarakatan.

Persoalan pendidikan anak tidak segampang membalik telapak tangan. Akan tetapi diperlukan upaya dan ikhtiar yang kuat serta komitmen yang sungguh-sungguh agar anak di kemudian hari dapat hidup layak, dan layak untuk berkiprah dalam kehidupan. Karena dengan bekal pendidikan yang baik, etika yang didapat dari orang tua, akan berdampak signifikan bagi kelangsungan hidup anak di kemudian hari.

Advertisements

Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda, “Setiap bayi yang terlahir, dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi.” (H.R Bukhari).

Hadis ini jelas memberikan deskripsi bahwa orang tua mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam membentuk karakter seorang anak. Oleh sebab itu, eksistensi orang tua bertanggung jawab penuh terhadap nilai-nilai baik dan buruknya seorang anak.

Seorang anak berhak mendapatkan pendidikan yang baik dari kedua orang tuanya. Begitupun, kedua orang tua berkewajiban untuk memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya. Di dalam Islam terdapat kaidah atau aturan dalam membangun karakter pendidikan bagi seorang anak. Islam atau dalam hal ini Rasulullah telah memberikan tata cara pendidikan yang akan menjadi dasar utama seorang anak dalam melangkahi kehidupan. Islam memiliki dasar-dasar pendidikan yang ramah terhadap anak, tanpa adanya kekerasan, paksaan, penindasan, atau bentuk pendidikan anarkis lainnya.

Mengajarkan Tauhid

Tauhid atau mengesakan Allah merupakan pokok ajaran utama di dalam Islam. Islam membawa karakter agama ketauhidan (Esa, Mahatunggal). Maka hal yang utama yang diajarkan kepada anak adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Monotheisme adalah dasar Islam itu sendiri. Maka sejak awal anak-anak kita diajarkan dasar ketauhidan agar tertanam kuat dalam sanubari mereka bahwa Allah adalah tunggal (wahdaniyah).

Ketauhidan adalah sebagaimana diajarkan Lukmanul Hakim kepada anaknya yang dikisahkan di dalam Al-Quran. “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ‘Wahai anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, sesungguhnya kesyirikan itu merupakan kezaliman yang besar.’” (QS. Luqman: 13).

Ayat ini menjelaskan tentang keesaan Allah. Dasar ketauhidan telah ditanamkan oleh Lukmanul Hakim sejak awal masa kehidupan anaknya.

Mengajarkan Akhlak

Akhlak atau adab merupakan bagian yang dipentingkan di dalam syariat Islam. Maka mengajarkan akhlak adalah merupakan kewajiban para orang tua agar anaknya kelak menjadi seseorang yang berpegang pada etika. Karena etika akan menjadi dasar pokok dalam menjalani kehidupan sosial.

Dalam sebuah hadis diceritakan, “Dari Umar bin Abu Salamah r.a. berkata: ‘ketika masih kecil, aku pernah berada dibawah pengawasan Rasulullah SAW, dan tangtanku bergerak mengulur ke arah makanan yang ada dalam piring. Maka Rasulullah SAW berkata kepadaku, ‘Wahai anak, sebutkanlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu.”

Hadis ini menjelaskan bagaimana adab atau etika ketika kita makan. Harus menggunakan tangan kanan dan jangan lupa menyebut nama Tuhan. Hal terpenting lainnya lagi, nasihat itu disampaikan dengan kasih sayang, lemah lembut, dan rasa cinta yang paling dalam.

Di samping itu, mengajarkan ibadah (ibadah mahdlah, ibadah pokok) adalah menjadi kewajiban para orang tua. Sebab ibadah merupakan bagian dari diri kita menjadi seorang hamba. Abu Dawud dan Hakim meriwayatkan dari Amr bin Syua’aib dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: “Perintahkan anak-anakmu untuk melaksanakan salat apabila mereka telah berusia tujuh tahun, dan apabila mereka telah berusia 10 tahun, maka pukullah mereka (apabila tetap tidak mau melaksanakan salat) dan pisahkan tempat tidur mereka.

Tanamkan Perangai

Sebagaimana dilansir dari haibunda.com, orang tua perlu bersikap lembut dan mengasihi anak mereka namun adakalanya perlu juga bersikap tegas dalam mendidik anak. Kasih sayang adalah merupakan dasar utama dalam Islam terhadap siapa pun. Maka karakter ini harus ditanamkan dan diejawantahkan kepada anak-anak kita. Bersikap tegas bukan berarti harus bertindak kasar. Karena antara tegas dan kasar memiliki dua makna yang berbeda. Kalau yang pertama (tegas) bersifat positif dan baik bagi perkembangan anak. Sedangkan yang kedua (kasar) berafiliasi negatif dan berdampak buruk terhadap pertumbuhan seorang anak.

Selain dituntut bisa menjadi pemimpin bagi anak, orang tua harus bisa juga menjadi teman yang penuh kasih sayang bagi buah hati. Misalnya mengajak bermain, bercanda, dan mencium sebagai bentuk kasih sayang. Dengan demikian anak akan belajar dari orang tua, bagaimana cara bersikap terhadap bermacam persoalan. Baik dan buruknya, orang tua yang memiliki peran dalam memberikan didikan dan bimbingan terhadap tumbuh kembang pendidikan anak.

Mengajarkan Keadilan

Bersikap adil merupakan salah satu ajaran yang harus ditekankan dan aplikasikan kepada semua anak. Karena dengan cara bersikap adil, orang tua telah mengajarkan anak-anaknya untuk ikut serta dalam suasana keadilan tersebut. Adil dan tidak memihak terhadap anak yang kita miliki adalah cermin kebagiaan dan ketentraman dalam rumah tangga. Sebuah rumah tangga yang di dalamnya terjadi nilai-nilai keadilan, dapat dipastikan rumah tangga tersebut dalam keadaan damai dan tenteram.

Dalam sebuah hadis diceritakan dari Nu’man bin Basyir, bahwa bapaknya (Basyir bin Sa’ad) telah memberikan seorang hamba sahaya, kemudian disampaikan kepada Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW bertanya kepada Basyir: “Apakah seluruh anakmu engkau berikan sama seperti ini?” Basyir menjawab, “tidak.” Kemudian Rasulullah SAW bersabda, “Kembalikanlah!” (HR. Bukhari & Muslim).

Hadis ini menjelaskan bahwa seorang bapak harus memipiki sikap adil dan kasih sayang yang sama terhadap anak-anaknya. Jika terjadi ketimpangan atau ketidakadilan, maka akan berdampak buruk terhadap kehidupan seluruh keluarga.

Di momen spesial ini, Hari Anak Nasional, 23 Juli 2021 kita jadikan momentum untuk meneguhkan sikap dan karakter agar anak-anak kita, tumbuh menjadi seorang yang dapat memberikan kebaikan di dunia kehidupan. Bersikap adil, mengajarkan etika atau akhlak, mencontohkan ibadah yang benar, serta sikap-sikap positif lainnya, agar menjadi teladan bagi anak-anak kita.

Selamat Hari Anak Nasional, semoga anak-anak kita tumbuh menjadi seseorang yang berbakti kepada bangsa, negara, dan agama (Islam). Wallahu A’lam! 

Multi-Page

Tinggalkan Balasan