Yasinan

1,427 kali dibaca

Nek Halimah datang paling awal di antara jemaah lainnya. Jalannya melambat memasuki pelataran musala, bersebab kakinya yang reumatik bertahun-tahun. Ia hendak mengikuti yasinan—kegiatan rutin setiap malam Jumat di kampungnya. Baju gamis Nek Halimah tampak beberapa bagian yang ditambal.

Nek Halimah tidak peduli. Allah tidak memandang bagus tidaknya pakaian yang dikenakan hamba-Nya. Yang dilihat adalah kesungguhan untuk belajar dan beribadah kepada-Nya, demikian kira-kira ujaran Ustaz Amar yang selalu melekat dalam ingatan Nek Halimah.

Advertisements

Usianya sudah sepuh. Tinggal di atas bukit tanpa ada tetangga di kanan kirinya. Rumah menyendiri terpencil, seolah ia orang terasing. Kendati demikian, Nek Halimah tidak pernah alpa mengikuti kegiatan yasinan, meski harus menuruni bukit terjal malam-malam.

Kegiatan yasinan yang digelar rutin setiap malam Jumat baru berjalan sekitar satu tahun. Digagas oleh Ustaz Amar, seorang alumni pondok pesantren yang kini mengabdi di salah satu madrasah di kecamatan. Ustaz Amar membuat jadwal kegiatan yasinan selepas salat Magrib untuk kaum Adam, sementara untuk kaum Hawa dilaksanakan bakda Isya.

“Sudah bisa kita mulai?” tanya Darsih—imam Yasin sekaligus istri Ustaz Amar.

“Sudah …,” jemaah yasinan menjawab serempak.

Pukul delapan yasinan dimulai. Jemaah yang semuanya perempuan memegang kitabnya masing-masing. Suara jemaah tersebut menggema sampai luar musala. Jangkrik turut berderik menyelang di tengah riuhnya lantunan ayat suci.

Nek Halimah menyipitkan mata. Penerangan di musala sudah cukup terang. Namun, karena matanya lamur, huruf-huruf di buku Yasin terasa buram semua. Ditambah Nek Halimah juga keteteran mengikuti bacaan jemaah lain.

Kepalanya mendongak. Berpaling menyapu seluruh wajah yang hadir malam itu. Tatapannya menukik pada Darsih. Hanya sebentar, lalu kembali pada buku Yasin-nya. Tiba-tiba Nek Halimah menambah volume suara. Bahkan, pekikan suaranya paling menonjol di antara yang lain.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

One Reply to “Yasinan”

  1. Ping-balik: Yasinan - FinKafi

Tinggalkan Balasan