Relasi Kontinuitas Tasawuf dan Kebudayaan (2)

1,047 kali dibaca

Kebudayaan pada hakekatnya adalah sebuah proses menuju peradaban umat manusia yang lebih tinggi. Kebudayaan merupakan kreasi akal pikiran manusia yang dituangkan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, lahirlah kebudayaan-kebudayaan canggih yang dapat mempermudah kehidupan masyarakat dari hal yang terkecil sekalipun. Oleh karena itu, pentasawufan kebudayaan merupakan suatu bentuk keharusan untuk menghindari agar kebudayaan yang dihasilkan tersebut tidak menjadi liar dan bersifat destruktif terhadap kehidupan manusia.

Hal ini bisa dilakukan dengan strategi menyatukan antara pikiran dan kalbu (hati) dalam aktivitas kehidupan manusia, agar memiliki wawasan keilmuan yang luas, dan mempunyai komitmen agama yang tinggi. Sehingga, kebudayaan yang dihasilkan memiliki nilai-nilai kegamaan dan dapat dipertanggungjawabkan serta memiliki manfaat besar bagi peradaban umat manusia.

Advertisements

Dalam proses penyatuan pikir dan kalbu, pendidikan menjadi suatu hal yang sangat penting, bahkan tidak dapat dilepaskan dalam menyusun strategi kebudayaan Islam. Pendidikan lahir dan berkembang dari suatu kebudayaan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan basis strategis dalam pembentukan kebudayaan. Kebudayaan berbasis tasawuf ini akan dapat menghindari terjadinya tekanan dan keputusasaan pada masyarakat, sehingga tindakan-tindakan destruktif atau kejahatan lainnya tidak perlu terjadi.

Di samping itu, tasawuf merupakan solusi yang tepat dalam mengatasi permasalahan sosial yang diakibatkan kemajuan dalam bidang kebudayaan yang menyebabkan orang-orang menderita stres berat atau kehilangan identitas diri. Dengan bertasawuf mereka kembali ke jalan yang benar. Karena tasawuf merupakan moralitas yang berdasarkan Islam. Jika seseorang semakin bermoral maka akan semakin bening hati dan jiwanya. Esensi agama Islam adalah moral, yaitu moral antara hamba dengan Tuhannya, antara dirinya sendiri, antara dirinya dengan orang lain, dan antara dirinya dengan alam.

Dengan bermoral berarti ia melahirkan tindakan positif dan konstruktif bagi dirinya seperti menjaga kesehatan jiwa dan negara. Dengan demikian, krisis spiritual tidak akan terjadi dan moral dapat menyebabkan keharmonisan, kedamaian, dan keselarasan dalam hidup. Tasawuf yang diajarkan kepada manusia akan mengangkatnya ke tingkatan shafa al-tauhįd, yaitu dalam tingkatan ini manusia akan memiliki moralitas Tuhan.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan