YANG MENARI BERSAMA ANGIN

1,684 kali dibaca

YANG MENARI BERSAMA ANGIN

Kepada Gung Kak

Untuk apa engkau menari
gamelan tak lagi bunyi
ketika sunyi hari
tanda waktu meniti sepi

Advertisements

Malam meremang kau datang mendesak ruang
menata gerak di antara jejak kaki melintang
pada cermin seraut topeng menatapmu garang
tak sabar menunggu kibasan selendang

Tapi yang tersisa darimu cuma gigil gerak lamban
dari tubuh lisut oleh zaman yang terus beringsut
dan sengal napas getas jatuh luruh tak tertahan
dari hasrat dilecut nadi yang terus mendenyut

Di bawah gerimis kau mencoba langkah ritmis
satu-satu menjejak waktu beku di atas batu
di bawah gerimis kau menunggu gending magis
satu-satu membelai telingamu angin bisu

Lalu tubuhmu berputar-putar mengibas gusar
selendangmu memburu angin menampar-nampar
tapi hanya sunyi, hanya sunyi
ke mana ujung kakimu menari

Untuk apa engkau menari
ketika gamelan tak lagi bunyi
menunggu gending magis
hanya seperti angin mendesis

***

PADA BATUKARU

Siapakah itu, yang memanggil namamu
telah memanggilku

Setelah kupu-kupu itu merayu perdu
di kaki gunung yang membiru
bertukar rindu pada yang dimau

Siapakah itu, merapal di balik punggung
dan namaku dan namamu berdengung

Setelah capung-capung itu mengapung
di antara kerumun halimun menudung
bertukar sapa, juga rasa, dengan gaung

Pada batu-batu berserak bisu
kita akan bersetuju pada ragu
tentang siapa yang menghantu
ketika kita bersekutu

Pada mendung menggantung di pucuk gunung
kita akan bisa menyampirkan murung
menukar dengung dengan seuntai kidung
ketika hati merunjung ke titik sambung

Tapi siapakah itu yang memanggilmu
telah memanggilku dalam gaung
dan kita jadi perindu seperti kupu-kupu
dan kita mengapung seperti capung

Lalu kita merinding pada hening dinding
di situ tertoreh sebait gending
titik toleh siapa yang pangling
: aku adalah Cinta yang asing

Multi-Page

Tinggalkan Balasan