UKASYAH MEMELUK SURGA

937 kali dibaca

UKASYAH MEMELUK SURGA

I

Advertisements

“Atas nama Tuhan
dan hakku kepada kalian
jika aku zalim, balaslah, sekarang!”

II

Di luar nabawi
padang pasir menahan gelisah
daun-daun kurma ingin patah
mendengar khotbah Nabi

Di depan mimbar
berpasang-pasang mata terbuka
bak jendela rumah di pagi buta
hanya diam dan pasrah

III

Hingga tiga kali hitungan
Muhammad mengulang-ulang
sebuah penegasan: tanda perpisahan
Seorang lelaki spontan berdiri
dadanya tampak sesak
menyimpan kerinduan

Memecah kerumunan
seperti sabetan pedang
di tengah-tengah perang

Di hadapan purnama
lelaki itu tak punya daya
tubuhnya menjelma arca

Bibirnya terlihat berat
tapi tetap berpuisi:
“Demi ayah dan ibuku, Wahai…
pemilik mukjizat abadi
entah sengaja atau tidak
pecutmu telah mengenai perutku”

IV

Puluhan pasang mata
membara, memerah
urat-urat kepala
ingin murka

Bilal, Buakar, Ali, Fatimah
Hasan, Husein, memelas tak kuasa
kilau pedang yang haus darah Oemar
dari sarang perlahan keluar
“WAHAI LELAKI, KEMARILAH!!”

V

“Pukulah,
balas, sekarang”

“Demi ayah dan ibuku, Wahai…Nabi
sungguh waktu itu, pecutmu
menyentuh kulit peruttku”

Semesta
menutup mata
menangis tiada daya

“Betapa
Tega
kau Ukasyah”

Lelaki itu, melempar dosa
berlari memeluk surga
di depannya

Tulungagung, 2020.

MENITI PERAHU NUH

Dahulu di tepi cinta
karang-karang gemetaran
binatang, tumbuhan
dan kenangan putih pucat
lari menuju perbatasan.

Prahara bergulung di udara
Rumah-rumah pecah
Pohon-pohon patah
Karena sabda Nuh, Tuhan murka.
Langit dan samudera menghitam
ingin memuntahkan dan menghantam
putra wayang, semata sayang
yang membangkang pada alam.

Sejauh pandang, tak akan lepas
dari ombak. Sependek usia dihempas
ke dalam siksa penyesalan
yang sulit hilang, seperti kangen Nuh
memegang tangan Kan’an sebelum karam.

Tulungagung, 2020.

DOA IBU

Seperti laut merah
di bawah tongkat Musa.
Terbelahlah sekujur tubuhku
oleh doamu yang setajam pedang
membukakan jalanku kepada Tuhan

Tulungagung, 2020.

DI ATAS PUNCAK

Setelah sampai
tak ada jalan lagi
kutemukan diri

mengecil
mengerdil

Di antara pepohonan
dan rasi bintang
A-K-U hilang

Tulungagung, 2020.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan