Soal Sudut Pandang

700 kali dibaca

Belum genap satu minggu saya sembuh dari sakit. Ya, dari semua gejala sakit yang saya alami selama dua minggu itu, beberapa indikasi menunjukkan bahwa saya terpapar Covid-19. Maka, dengan sadar saya melakukan isolasi mandiri (isoman).

Tanpa cek ke bidan atau dokter terlebih dahulu untuk swab test, tanpa memberi tahu orang tua atau keluarga dan juga orang-orang sekeliling. Hal ini saya lakukan untuk menjaga tersebarnya kabar tak sedap. Maklum saja, di desa saya, paparan Covid-19 cukup diaggap buruk nista.

Advertisements

Semula saya juga pernah berpikir begitu, ikut ke dalam arus berpikir masyarakat. Sampai pada akhirnya saya mengalaminya sendiri. Dari beban tubuh karena sakit hingga beban mental karena takut ketahuan oleh khalayak bahwa saya terpapar Covid-19.

Seminggu pertama saya tak bisa apa-apa, kecuali hanya menonton Youtube dan berbagai hal kecil yang ada dikamar. Membuat tulisan, menggarap tugas permintaan teman, dan hal lainnya. Apa saja dilakukan asalkan bisa sedikit mengurangi rasa bosan.

Namun, tanpa saya sadari, kegabutan saya tersebut ternyata sedikit membantu saya. Beberapa hal yang dulu malas untuk saya kerjakan menjadi sedikit obat kebosanan. Sekaligus meningkatkan produktivitas.

Tapi sakit tersebut tetap menyisakan ketakutan tersendiri. Terlebih akhir-akhir ini di wilayah saya banyak yang meninggal. Memang bukan melulu karena Covid-19, namun lebih karena umur. Karena yang meninggal adalah lansia tanpa gejala.

Hal itu kadang membayangi saya. Apakah Izrail akan mampir ke rumah saya. Jujur saja, waktu itu saya tiba-tia menjadi sedikit lebih meningkatkan ibadah saya. Meskipu, saya tahu bahwa mungkin setelah penyakit ini usai, saya akan kembali menjadi pemuda pemalas.

Saat itu ada kejadian yanng membuat saya membalik semua pemikiran saya soal pandemi ini. Soal kemarahan masyarakat yang berimbas pada stereotipe atau stigma mereka. Memasuki akhir minggu kedua saya isoman, kakek saya datang menjenguk. Awalnya saya sendiri sangat menolaknya. Namun karena beliau sangat memaksa, saya tidak sampai hati untuk tidak menuruti.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan