Tradisi Sastra dan Pesantren Annuqayah Guluk-guluk

2,134 kali dibaca

Islam yang dibawa Nabi Muhammad, datang di saat kebudayaan Arab mencapai tingkat kematangannya, yaitu ketika bangsa Arab sendiri memiliki kecerdasan dalam empat hal yaitu: bahasa (lughah), puisi (syi’ir), pepatah (amtsal), dan cerita (hikayat). Turunnya al-Quran, yang mengandung nilai sastra adiluhung, meruntuhkan kesakralan karya-karya sastra Al-Muallaqat di Mekkah, yang kemudian menjadi akar tradisi sastra Islam itu sendiri dalam pelbagai dinamika kebudayaan selanjutnya.

Kedatangan Islam memberikan dua pengaruh besar terhadap kecerdasan bangsa Arab. Pertama, pengaruh langsung berupa ajaran Islam itu sendiri yang beda dengan keyakinan bangsa Arab pada saat itu. Kedua, pengaruh tidak langsung berupa Islam memungkinkan bangsa Arab dapat menguasai Persia dan Romawi Timur yang telah lama sebelumnya mencapai kebudayaan tinggi.

Advertisements

Sejak abad ke-13 M sampai awal abad ke-20, orang-orang Nusantara yang pergi ke tanah suci tak hanya bertujuan naik haji, tetapi juga mencari ilmu dan bertukar pendapat dengan bangsa-bangsa lain tentang politik di daerah masing-masing. Dalam perkembangannya, banyak sekolah didirikan di Hijaz dengan pengajar dan murid dari Nusantara. Kemudian, kontak karya-karya Kurdistan yang sampai sekarang menjadi bacaan umat Islam Indonesia.

Selanjutnya, kesinambungan tradisi keilmuan lewat kitab kuning serta tradisi membaca dan menulis menjadi penting dalam pendidikan Islam yang disebut pesantren. Kitab kuning adalah rumah teks, yang di dalamnya sastra menjadi tradisi bagi masyarakat santri, secara khusus sabagai metode keilmuan di pendidikan sekaligus sebagai ekspresi kebudayaan. Awal reformasi tahun 2000-an, gerakan Gus Dur membuka ruang bagi pondok pesantren untuk melebur dengan kebudayaan yang lebih luas dan menikmati demokrasi tanpa sekat.

Di Pulau Madura, pada 1887 Pondok Pesantren Annuqayah didirikan oleh KH Muhammad Syarqowi dan Ibu Nyai Khadijah, tepatnya di Guluk-guluk, Sumenep. Annuqayah diambil dari judul sebuah kitab kuning kumpulan puisi Arab karya Imam Jalaluddin As-Suyyuti, ulama terkemuka dari Kairo, Mesir pada abad ke-15. Judul lengkapnya adalah Itmanuddirayah Lilqurra’ Annuqayah, berisi 14 disiplin keilmuan: dari ilmu agama sampai dengan eksakta, ilmu ushuluddin (teologi), tafsir al-Quran, ilmu hadis, ilmu ushul fiqh, ilmu faraidl (distribusi harta warisan), ilmu nahwu (tata bahasa), ilmu sharraf (konjungsi), ilmu khath (kaligrafi), ilmu ma’ani dan ilmu bayan (keduanya adalah ilmu retorika), ilmu badi’ (teori metafor), ilmu tasyrih (anatomi), ilmu thibb (kedokteran), dan ilmu tasawuf (kerohanian).

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan