Tersebab Rindu

707 kali dibaca

“Syam, dipanggil Kiai!”

“Di mana, Kang?”

Advertisements

“Di ruang tamu, sepertinya ada ibumu datang.” Lelaki yang dipanggil “kang” oleh Hisyam berlalu begitu saja meninggalkan Hisyam.

Deg. Dunia seakan berhenti berputar beberapa saat. Mata Hisyam terbuka lebar, kemudian mengerjap beberapa kali, mendengar kata “ibumu”. Kitab Al-Quran kecil di tangannya kini diletakkan di lemari yang bertuliskan “Hisyam Abdullah”, nama yang sudah diberikan oleh ibunya sejak bayi. Segera Hisyam membetulkan sarung dan peci yang dikenakannya. Lalu pergi menemui Kiai Rasyid, pemimpin Pondok Pesantren Darul Iman.

“Assalamualaikum…”

“Waalaikumsalam.” Hampir serempak semua yang berada di ruangan itu menjawab salam Hisyam.

Di ruangan yang luasnya sekitar sembilan meter persegi itu sudah ada beberapa orang yang dari tadi sedang bercakap-cakap. Kiai Rasyid beserta istrinya dan ada satu orang perempuan berumur sekitar tiga puluh tahun. Pandangan mereka semua tertuju pada Hisyam. Ruangan sunyi dalam beberapa detik.

“Hisyam, silakan duduk,” titah Kiai Rasyid membuka perbincangan.

“Nggih , Kiai.”

Hisyam segera menuju kursi yang kosong, sebelah tamu Kiai Rasyid. Matanya tidak berani menatap para sesepuh yang berada di ruangan itu. Sejak kecil Hisyam sudah diajari adab oleh Kiai Rasyid, termasuk di saat berhadapan dengan tamu yang lebih tua tidak boleh menatapnya langsung. Semuanya diamalkan oleh anak usia sepuluh tahun itu. Hisyam sangat mematuhi dan menaati titah pemimpin pondok itu.

“Jadi ini adalah ibumu, Syam, Bu Murni. Kata beliau ada yang mau disampaikan kepadamu.” Kiai Rasyid mempersilakan tamunya untuk berbicara.

Wanita itu sedikit ragu hendak mengungkapkan isi hatinya. Namun, dia merasa malu dan hina di depan anak kandungnya sendiri. Tak terasa butiran bening telah keluar dari matanya. Rasa bersalahnya lebih besar. Wajahnya menunduk tidak sanggup menatap semua yang ada di sana. Jilbab hitamnya yang sudah lusuh digunakan untuk menyeka air mata. Di sisi lain, dia sangat senang dan bangga Hisyam kecil yang dulu ditinggalnya, kini menjadi seorang anak yang baik dan tampan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan