Seri “Wali Pitu” di Bali (6): Sang Penunggang Kuda

4,645 kali dibaca

Ada satu pemandangan ganjil di Bali, Pulau Dewata yang dipenuhi patung-patung para dewa. Dari tepi jalan yang menyisir pantai, di Desa Kusamba, Kecamatan Dawah, Kabupaten Klungkung, terlihat berdiri dengan anggun sebuah patung. Bukan patung dewa, tapi justru lelaki bersurban dan berjubah yang sedang menunggang kuda. Bersurban hijau, lelaki itu berjubah putih dan dengan gagah menunggang seekor kuda yang juga berwarna putih.

Ya, itulah patung Habib Ali bin Abu Bakar al-Hamid. Tentu Habib Ali bin Abu Bakar al-Hamid bukan orang sembarangan hingga sosoknya dibuat patung oleh masyarakat setempat, juga kudanya.

Advertisements

Berdasarkan silsilah keluarga, Sang Habib adalah keturunan ke-36 dari Nabi Muhammad Saw. Berikut adalah nasabnya: Habib Ali bin Abubakar bin Umar bin Al-Hamid bin Syaikh Abubakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurrohman bin Abdullah bin Abdurrohman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Muqoddam bin Ali Bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Khola’ Ghosam bin Alwi Ats-Tsani bin Muhammad Shohibus Saumiah bin Alwi Awwal bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin ‘Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin Ali Al-Uroidhi bin Ja’far Ash-Shoddiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain As-Sabith bin (Ali bin Abi Tholib + Fathimah Az-Zahro binti Nabi Muhammad Saw).

Tapi bukan cuma karena nasab sang penunggang kuda ini diberi penghormatan tinggi hingga sosoknya dibuat patung. Sang Habib, yang pada abad ke-17 diketahui tinggal di Desa Kusamba itu, adalah seorang pendakwah. Ia dikenal alim, memiliki ilmu yang tinggi, dan jujur atau dapat dipercaya. Itulah yang kemudian membuat Raja Klungkung, Dalem I Dewa Agung Jambe jatuh hati.

Saat itu, berpusat di Gelgel, Klungkung menjadi kerajaan terbesar di Pulau Bali, yang membawahi kerajaan-kerajaan kecil di Pulau Dewata ini. Di masa hidup Sang Habib, Kerajaan Klungkung dipimpin Dalem I Dewa Agung Jambe. Mengetahui Habib Ali bin Abu Bakar al-Hamid sebagai orang yang pandai, Raja Klungkung meminta Sang Habib untuk menjadi guru dan juru bahasa Melayu di kerajaannya. Itu terjadi antara tahun 1790 hingga 1809. Tak hanya itu, karena memiliki kedekatan dengan kerajaan-kerajaan di Pulau Sulawesi, Sang Habib juga diutus sebagai duta dagang antara Kerajaan Klungkung dengan raja-raja di Sulawesi. Jadilah, Habib Ali bin Abu Bakar al-Hamid menjadi orang kepercayaan Raja Klungkung.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan