TANAH YANG MENYIMPAN DUKA
(Asyura, Karbala)
/1/
aku tak pernah sampai di Karbala
tetapi, tanahnya menyedot darah
dari hujan dalam tubuhku sendiri
serupa mimpi yang gagal ditafsir
segala getir
tumpah di padang pasir

aku mencium tanah yang memelas
tak ada di kemudian hari ia membalas
menaruh luka
yang tak sempat dibalut sejarah
barangkali, sejarah hanya
mencatat batu-batu yang disusun
oleh tangan para penguasa
pada nama-nama syuhada
mereka berjalan di ubun-ubun langit
luka mereka menyesap
mencari tubuh-tubuh baru
yang kemudian tahu,
yang kemudian paham,
betapa cinta
bisa lebih darah dari perang
/2/
aku bukan Husein
dan engkau pun bukan Zainab
tapi puing-puing hidup kita
pernah mencicip debu Karbala
pernah kau rasakan
bagaimana ayat-ayat
menjadi pedang yang menusuk dari belakang?
bagaimana air tak lagi suci
karena dicuri oleh kekuasaan?
di antara bayangan tenda dan anak panah
aku melihat diriku yang lain
menggigil seluruh tubuhku
menyaksikan kebiadaban
atas dasar kekuasaan
/3/
jika aku mati esok hari
kuburkan aku dengan
sejumput tanah Karbala
dan secarik kain Asyura
semata karena air mata
memiliki hak atas kesedihan
sepanjang masa
dan darah
biarkan ia menjadi saksi
bagi kepiluan paling elegi
damparalit, 2025.
DI PADANG KARBALA
— Sidna Husein
“Di padang tandus ini,
tinggallah dalam kemah
bersama anak-anak dan para perempuan.
Berdoalah, dan tunggulah pasukan
yang membawa nama-Ku
namun tak lagi membawa cahaya-Ku.
Maka kau akan mengerti
siapa mereka yang sedang membunuhmu—
atas nama-Ku.”
Dalam hatinya,