Semerbak Bau Harum Ibadah Ramadan

2,330 kali dibaca

Sore itu, di Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Hasyim Asy’ari Yogyakarta, teman-teman santri sedang membicarakan larangan mudik dari pemerintah, yang akan berlaku mulai tanggal 6-17 Mei 2021. Ada banyak kecemasan terpantul dari wajahnya. Bayang-bayang kampung halaman terus digambar sedemikian rupa. Bulan Ramadan bukan hanya momentum untuk meningkatkan spiritualitas akan ketuhanan, melainkan jadi ladang untuk memetik rindu dengan keluarga.

Dalam Islam, puasa Ramadhan adalah satu-satunya ibadah yang hanya untuk dan milik Tuhan, tetapi masih ada hubungan erat dengan aspek sosial masyarakat. Banyak hal yang bisa kita dapatkan dari bulan puasa. Seperti kedisiplinan, kejujuran, dan kepekaan terhadap sesama. Puasa diperintahkan kepada umat Islam, sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran, yaitu:

Advertisements

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah, Ayat 183).

Lantas kenapa kita diwajibkan untuk berpuasa?

Untuk menjawab pertanyaan ini, saya jadi teringat apa yang sering diceritakan oleh kiai dan ustaz di pesantren. Katanya, selain manusia, ada makhluk ciptaan Tuhan yang melakukan ritual bertapa untuk menjadi lebih baik, yaitu seekor ulat. Di mana, ulat membungkus dirinya menjadi kepompong. Di fase ini biasanya membutuhkan waktu selama 12 hari, sebelum akhirnya ulat keluar dan mengubah bentuk menjadi kupu-kupu.

Sebelum menjadi kupu-kupu, tidak ada satu pun manusia yang menyukai ulat. Menjijikkan bukan? Maka, dengan proses metamorfosis, akhirnya ulat mengubah bentuk dengan begitu indah, menjadi kupu-kupu. Dari seekor kupu-kupu inilah kita bisa belajar bagaimana manusia juga diberikan satu kewajiban berupa puasa di bulan suci Ramadan oleh Allah. Nah! Sekarang tinggal bagaimana cara pandang (mode of though) kita dalam memaknai ibadah puasa.

Saya kira, puasa tidak maknai sekadar ibadah tahunan. Lebih dari itu, puasa di bulan Ramadan merupakan proses menuju pendewasaan pikir, kesalehan spiritual, dan kepekaan sosial. Seperti yang saya sudah disinggung sebelumnya, bahwa kita akan menemukan setidaknya nilai-nilai dalam puasa Ramadhan; kedisiplinan, kejujuran, dan kepekaan sosial.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan