Santri Kutub dan Spirit Kesastraan

1,650 kali dibaca

Butuh menempuh jarak 7,7 km dari alun-alun Utara menuju Komunitas Kutub, di Cabean, Panggungharjo, Sewon, Batul, Yogyakarta. Di situlah berdiri Pesantren Kutub yang dikenal dengan nama resmi Pondok Pesantren Mahasiswa (PPM) Hasyim Asyari. Tentu saja santrinya disebut “Santri Kutub” atau Komunitas Kutub.

Salah satu pemandangan yang menarik sebelum sampai di Pesantren Kutub adalah kampus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, di mana telah banyak melahirkan tokoh-tokoh besar di bidang seni. Bayangan saya adalah di sini tempat nyaman untuk berproses.

Advertisements

Setelah sampai di kampus ISI, hanya butuh waktu sekitar lima menit untuk menikmati suasana Komunitas Kutub. Di sana, penampilan teman-teman yang serba sarungan, sederhana, dan tentu agak gondrong.
Awal pertama kali saya datang ke sana, suasana sepi nan lengang. Jam menunjuk angka 08:00 WIB. Teman-teman masih ada yang tidur, sebagian duduk di depan laptop, dan yang lain masih sibuk mengacak-ngacak halaman buku.

Nyaris saya hanya menemukan kesepian. Bagaimana tidak? Selama satu tahun hidup di Yogya, semua aktivitas hanya dihabiskan dari satu warung kopi ke warung kopi lain. Tapi baiklah, sekarang saya sudah di Komunitas Kutub Yogykarta.

Hal pertama yang saya lakukan tentu menyapa teman kampus. Ada Khairul Fatah, laki-laki yang berasal dari Sumenep. Fatah, begitulah saya memanggilnya. Dia banya bercerita mengenai Komunitas Kutub, dari awal dia mengenal dan berproses di dalamnya, menyisakan waktu satu tahun belajar nulis sastra.

Lalu dia beranjak dari tempat duduknya, setelah sekian teman-teman yang lain ikut melingkar di depan deretan buku-buku yang sudah teracak-acak. Dan dia mengambil satu buku yang berjudul Jagadnya Gus Zainal, buku yang ditulis oleh teman dan santrinya Gus Zainal semasa hidupnya.

“Gus Zainal Arifin Thaha atau yang lebih akrab dengan panggilan Gus Zainal, mendirikan Pondok Pesantren Mahasiswa Hasyim Asyari tahun 1998. Pondok ini, sejak awal konsentrasi terhadap kajian-kajian sastra, maka tak heran jika pada akhirnya lahir Komunitas Kutub yang menggawangi kajian sastra. Hari ini, PPM Hasyim Asyari lebih dikenal dengan sebutan Komunitas Kutub Yogyakarta,” jelas Khairul Fatah selaku ketua Komunitas Kutub.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan