Santri, Akhlak, dan Tasawuf

3,029 kali dibaca

Menjadi seorang santri merupakan sebuah pilihan. Memilih yang terbaik dari beberapa hal yang baik, karena santri merupakan bagian dari sekelompok orang yang berada di jalan pendidikan (al-salik fil ‘ilmi). Man salaka thoriqan fi thalibil’ ilmi, sahhalallahu thoriqan ilal jannah, orang-orang yang berada di jalan menuntut ilmu, maka Allah memudahkan jalan baginya ke surga.

Pentingnya menuntut ilmu juga telah termaktub di dalam Al-Quran. “Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah: 122).

Advertisements

Ayat di atas benar-benar sejalan dengan identitas seorang santri. Menimba ilmu di sebuah lembaga pendidikan Islam, pondok pesantren, kemudian setelah kembali ke asal daerah masing-masing memberikan pengajaran, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam pengajaran secara langsung, seorang santri dapat menjadi ustaz atau guru di sebuah lembaga formal (madrasah atau lembaga pendidikan lainnya). Sedangkan, pengajaran tidak langsung seperti memberikan contoh melalui etika dan tingkah laku yang baik kepada masyarakat sekitar.

Santri dan Akhlak

Karena itu, santri juga dituntut bisa menjadi teladan melalui akhlaknya. Di dalam sebuah hadis disebutkan, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (HR. Al-Baihaqi dari Abu Hurairah RA). Hadis ini menjelaskan tentang keutamaan akhlak, bahwa akhlak di sini sebagai sebuah tingkah laku keseharian yang harus diutamakan.

Santri, dengan pendidikan yang ditempuhnya, juga dituntut untuk memilki kemuliaan akhlak. Ini bukan berarti orang-orang di luar santri tidak dituntut untuk memiliki karakter etik. Akan tetapi, sebagai seseorang yang menempuh ilmu pendidikan di lembaga yang dianggap religius islamis, maka entitas dan identitas santri harus diaplilasikan dalam kehidupan. Hal ini menjadi suatu kewajiban, bukan hanya sebuah kewajaran.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan