Rumi dan Iluminasi Syair Sufistik

3,281 kali dibaca

Nama sebenarnya dari Jalaluddin Rumi adalah Jalaluddin Muhammad bin Muhammad bin Husin Al Khathibi Al Bakri. Seorang filusuf yang namanya sudah tidak asing lagi di dunia filsafat Islam. Jalaluddin Rumi lahir pada 30 September 1207 M di Balkh, sekarang wilayah Afghanistan. Sejak kecil terkenal dengan nama Rumi karena sebagian besar hidupnya dihabiskan di Kota Konya, sekarang bagian dari Turki, yang dulu terkenal dengan nama Rum.

Jalaluddin Rumi berasal dari keluarga terpandang. Bapaknya, Bahaduddin Walad, adalah seorang ahli agama, ahli hukum, dan juga ahli kebatinan. Hal tersebut yang kemudian mendasari Rumi untuk semakin dekat dan mendalami ilmu agama dan ilmu kebatinan. Lebih dari itu, Jalaluddin Rumi juga mempelajari pemikiran-pemikiran sufi.

Advertisements

Kisah legendaris Jalaluddin Rumi yang dikenal sebagai sang “perajut” syair (puisi) indah adalah terkait dengan lirik cinta. Tentu saja yang dimaksud dengan cinta di sini adalah hakikat mahabbah dalam dunia sufi. Bukan cinta orang awam yang di era medsos (media sosial) dikenal dengan sebutan bucin (budak cinta). Bukan cinta fana (rusak, binasa, buruk) yang dimaksudkan Rumi, akan tetapi hakikat cinta untuk mencapai illuminasi sang Mahacinta.

Melampaui Hakikat Cinta

“Aku bukanlah orang Nasrani, Aku bukanlah orang Yahudi, Aku bukanlah orang Majusi, dan Aku bukanlah orang Islam. Keluarlah, lampaui gagasan sempitmu tentang benar dan salah. Sehingga kita dapat bertemu dalam “Suatu Ruang Murni” tanpa dibatasi berbagai prasangka atau pikiran yang gelisah.” (dilansir dari laman sastera-indonesia.com).

Ungkapan Rumi di atas tidak dapat dimaknai sebagai teks untuk sebuah hakikat. “Aku bukanlah orang Islam,” adalah sebuah sekat ruang yang mempersempit cinta kemanusiaan. Karena nilai kehidupan (sosial) yang sebenarnya adalah tidak memandang status seseorang. Sebagai hamba-Nya, prasangka dan pikiran yang gelisah, dalam bahasa Rumi, harus dijauhkan dari semua manusia tanpa memandang status keagamaan. Cinta hakiki seharusnya bermuara kepada keseluruhan nilai-nilai sosial.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan