Riwayat Pohon Suci

1,845 kali dibaca

Pohon rambutan itu tumbuh di sisi musala tua yang terbuat dari sirap, tepat di atas jalan kampung tak beraspal yang melengkung tumpul dan penuh kerikil. Usia pohon dan musala itu diperkirakan sama. Keduanya sudah ada sejak zaman penjajahan Jepang, buah karya tangan dingin kiai kampung saat itu —yang konon juga dikenal sebagai seorang wali Allah— bernama Ki Nolam.

Pohon rambutan itu terus berbuah lebat sepanjang musim tak putus-putus. Ujung rantingnya bersanggul gundukan buah yang merah-merah. Beruntung pohon itu berdahan kekar sehingga tak merunduk meski harus menahan buah lebat.

Advertisements

Ajaibnya, tak ada kelawar, tupai, dan hewan pengerat lainnya yang berani memangsa buah itu. Hewan-hewan itu hanya melompat-lompat atau beterbangan di sekitanrya, seolah patuh pada arwah si penanam pohon itu agar tidak memakannya. Padahal, siapa pun mengakui, buah rambutan dari pohon itu punya rasa khas yang lezatnya melebihi buah-buah dari pohon rambutan lain.

Kata tetua dusun, siapa saja yang tubuhnya terkena rambutan Ki Nolam yang jatuh sendiri dari pohonnya, maka ia bakal menjadi orang saleh yang akan membawa kedamaian. Tapi, di suatu sore, sebuah rambutan jatuh tepat menonjok kepala Rustam yang kebetulan sedang berjalan di bawahnya. Rustam bukan bahagia, tapi malah misuh-misuh. Kejadian itu dilihat beberapa orang, dan membuat warga saling bisik. Antara percaya dan tidak. Nyaris seluruh dada menyimpan tanya; apakah orang sejahat Rustam yang sering mencuri, merampok, berzina, dan suka mabuk itu bakal jadi orang saleh?

“Sepertinya sangat mustahil jika Rustam akan berubah baik, sebagaimana mustahilnya sebuah rambutan yang luruh mendekap tanah untuk bisa kembali bergantung di rantingnya,” sumbang Man Sahir kepada teman-temannya yang tengah membincangkan peristiwa itu di warung Bi Juna. Semua teman Man Sahir pun mengangguk, sambil menyeruput kopi, dan mengepulkan asap rokok.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan