Reorientasi Islam (2)

787 kali dibaca

Sementara kaum tradisionalis mencurahkan segenap tenaga untuk menonjolkan keswasembadaan mutlak dan kelengkapan Islam, kaum reformis menegaskan bahwa meski hukum dan praktik lampau bisa bermanfaat, keadaan-keadaan dan masalah-masalah itu memerlukan solusi baru, yang diformulasikan dengan timbangan kaidah-kaidah Al-Qur’an dan mengambil secara selektif dari komunitas-komunitas internasional.

Kaum reformis, meski kritis terhadap Barat, cenderung tidak terlalu anti-Barat serta menggunakan retorika dan pendekatan yang polemis. Mereka merasa bebas untuk meminjam dari budaya-budaya lain, dengan menegaskan bahwa tujuan mereka adalah modernisasi Islami, bukan sekadar Westernisasi saja.

Advertisements

Shadiq al-Mahdi (Sudan) dan Dr. Ali Syariati (Iran) merupakan contoh dari pendekatan ini. Keduanya memandang Islam tradisionalis sebagai pemahaman tentang Al-Qur’an dan Sunnah yang dikondisikan oleh sejarah, didasarkan pada rumusan akidah dan hukum Islam abad pertengahan produk ulama. Syariati, seorang Muslim syi’i melangkah lebih jauh ketika ia membedakan antara semangat Islam asli (Islam Ali, Islam pada zaman Ali) yang dinamis, revolusioner, dengan interpretasi Islam ulama (Islam Safawi) yang statis, diam, terbelakang, yang dikooptasi oleh para penguasa Iran Safawi: bahwa Islam orisinil adalah gerakan Islam yang secara intelektual progresif maupun sebagai kekuatan sosial yang militan, sekte Islam yang paling berkomitmen dan paling revolusioner.

Bagi Shadiq al-Mahdi, keturunan Mahdi Sudan dan mantan Perdana Menteri Sudan, dilema Muslim saat ini adalah produk dari rezim kolonialisme internal dan pribumi, yang dibentuk oleh para elite yang merakit masyarakat mereka dalam impian Barat, ancaman komunisme, dan respons tradisional terhadap ancaman-ancaman ini demi membela Islam. Ia mendukung respons yang mengulangi proses yang setia Islam itu sendiri, yang dalam konteks sekarang bisa berarti pemisahan Islam dari rumusan Islam tradisional dan pemisahan modernisasi dari Westernisasi untuk menghasilkan sintesis yang baru, modern, dan berorientasi Islam.

Bersama dengan kedua respons ini, penolakan atas tradisionalisme untuk mendukung desain akulturasi dan penolakan atas akulturasi untuk mendukung tesis tradisionalis, yaitu: memisahkan Islam dari tesis tradisionalis, memisahkan modernisasi dari sindrom akulturasi, dan membangun sebuah sintesis yang sekaligus islami dan modern. Westernisasi adalah modernisasi versi Barat. Ia melekat dalam budaya dan kepentingan Barat. Sovietisasi adalah pendatang baru modernisasi versi Soviet dan Cina yang melekat dengan pandangan dan kepentingan kultural Soviet dan Cina.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan