Potret Perempuan yang Mendahului Zaman

1,828 kali dibaca

Dalam sosial kemasyarakatan, perempuan memang selalu mendapat posisi yang kurang menguntungkan. Walaupun, penindasan terhadap perempuan memang sudah terjadi sejak zaman dahulu dan berlangsung hingga hari ini dalam bentuk yang berbeda. Perempuan yang memperjuangkan keseteraannya tentu berbeda-beda dalam gerakannya.

Salah satunya dalam buku novel biografi ini yang menceritakan secara detail kiprah perempuan yang mendirikan madrasah dan menegakkan hak-hak perempuan sejak era kolonial. Perjuangannya untuk memberikan ruang ekspresi pemikiran tentu harus diapresiasi meski harus bertentangan dengan tradisi Minangkabau yang sangat kentara ketika itu. Karenanya, di dalam buku ini kisahnya dipotret dari berbagai sisi perjuangan yang tidak mungkin dilupakan oleh khalayak.

Advertisements

Tokohnya dipanggil dengan Rahmah di dalam buku ini. Ia bernama asli Rangkayo Syekhah Rahmah El-Yunusiyah, seorang tokoh perempuan yang memperjuangkan nilai-nilai feminisme dari Sumatera, membongkar dominasi tradisi Minangkababu yang semena-mena terhadap perempuan.

Sejak masa kecilnya, ia memang sudah berhasil menyemai sikap sebagai seorang perempuan yang mendahului zaman. Ia belajar menjahit, menyulam, memperhatikan kakak dan ibunya berkegiatan di dapur, merengek pada kakaknya untuk diajari tulis baca huruf latin. Sejak pandai mengaji dan tulis baca, Rahmah sudah tenggelam dalam buku-buku. (hal. 15)

Nasibnya naas karena ia sudah dikawinkan sejak kecil oleh orang tuanya. Meski pada akhirnya pernikahannya harus berakhir dengan perceraian. Rahmah yang menikah muda menjadi agak canggung namun ia jalani. Kemudian jalan bersimpang dua, bercerai pada 1992, karena suaminya lebih cenderung kepada pergerakan sedang Rahmah pada pendidikan. Keduanya sepakat menyudahi rumah tangga yang baru itu. Tanpa anak. (hal. 25)

Sejak saat itulah, ia bangkit hingga menjadi seorang perempuan inisiator dalam berbagai ranah. Ia seringkali berdakwah, mengaji, berdiskusi, berdebat, berpidato, membimbing ibu-ibu muda (hal. 84). Ia dikenal sebagai seorang pendidik perempuan dalam memperjuangan hak-haknya di tengah masyarakat meski dalam perjalanannya ia seringkali mendapatkan cobaan yang luar biasa.

Gagasan yang disumbangkan kepada masyarakatnya dalam persoalan gender adalah mendirikan sekolah diniyah putri di Minangkabau. Sekolah yang hanya menampung para perempuan untuk dididik ini mengalami beberapa tantangan yang sangat luar biasa dari masyarakatnya. Dengan mendirikan diniyah putri, Rahmah ditantang dengan diam-diam dan dengan frontal. Ia dicibir digunjingkan. Ia digugat kalangan adat, karena sudah lancang membangun sekolah, untuk perempuan pula. (hal. 39)

Kasus adat yang dipotret di dalam buku ini adalah tentang seorang anak perempuan yang harus kawin paksa. Kasus ini terjadi terhadap salah satu murid perempuannya yang dipaksa kawin oleh orang tuanya tanpa mengetahui sama sekali terhadap calon suaminya. Di buku ini, Rahmah sempat berdebat alot dengan orang tua anak yang bersangkutan. Karena baginya, perempuan dididik bukan hanya menjadi pelayan suami belaka, tetapi didekatkan dengan agama Islam agar anak-anaknya kelak jadi orang beriman seperti ibunya (hal. 92). Itulah perkataan Rahmah yang menyadarkan orang tuanya meski pada akhirnya seorang anak perempuan tetap tunduk di bawah kekuasaan orang tuanya.

Tidak hanya ditentangkan oleh adat, sekolah diniyah putri ini juga mendapatkan tantangan dari Belanda ketika itu. Namun, Rahmah tidak pernah putus asa untuk mengembangkan sekolah ini. Bahkan dirinya, mengembara ke pulau Jawa untuk mencari bekal intelektual sehingga bertambah ide-idenya untuk memajukan sekolahnya sendiri. Ia pulang ke Sumatera dengan banyak sekali ide. (hal. 108). Bahkan, tidak tanggung-tanggung Rahmah pernah mengislamkan orang China ketika itu.

Salah satu gerakan penting yang dikisahkan di dalam buku ini adalah tentang keberaniannya dalam membebaskan para perempuan Minangkabau yang dijadikan sebagai objek seks oleh pemerintah Jepang ketika itu. Sebagai seorang yang disegani, Rahmah El-Yunusiyah menjadi  perempuan yang berhasil mendidik muridnya menjadi seorang politisi, aktivis, jurnalis yang berperan dalam memajukan Negara sehingga dirinya menjadi sangat senang dengan kiprah perempuan yang telah berhasil dididiknya tersebut.

Data Buku

Judul              : Perempuan yang Mendahului Zaman
Penulis           : Khairul Jasmi
Penerbit         : Republika
Cetakan          : Januari, 2021
Tebal              : 232 halaman
ISBN               : 978-623-279-08-96

Multi-Page

Tinggalkan Balasan