Potret Keberagamaan di Indonesia

1,255 kali dibaca

Buku ini berangkat dari refleksi atas keberagamaan di Indonesia. Memotret akar kekerasan yang menampilkan wajah agama dan abai terhadap dimensi kemanusiaan.

Kumpulan gagasan yang beragam dan reflektif atas kondisi sosial masyarakat beragama hari ini  ditulis oleh Aksin Wijaya bersama dua anak muda, yaitu Nur Rif’ah Hasaniy dan Tati Nur Pebiyanti. Buku yang diberi judul Berislam dengan Berkemanusiaan ini ditulis dengan gaya bahasa ringan, sehingga mudah dicernah oleh semua kalangan.

Advertisements

Secara garis besar, tulisan yang ada dalam buku ini dibagi atas enam bagian. Tentu setiap bagian masih mempunyai tema yang senyawa. Jadi untuk memahami gagasan yang ditulis oleh Aksin dkk dianjurkan untuk membaca sampai akhir tulisan.

Membaca buku Berislam dengan Berkemanusiaan ini menyeret saya menelaah lebih jauh konsep keberagamaan yang disuguhkan oleh kelompok-kelompok yang hari ini justru berada di garis paling depan menyebut dirinya paling kafah dalam berislam.

Sebenarnya, banyak persoalan yang mesti direnungi dan terus dipelajari, lebih-lebih dari cara kita beragama dan bernegara. Alih-alih mau belajar dari sejarah Islam dan Indonesia, kelompok radikal justru memberikan ruang yang merugikan terhadap Islam.

Islam yang pada dasarnya sebagai ajaran Ilahi, menampung kasih sayang, menekankan pada keramahtamahan pada makhluk yang ada di jagat semesta, sudah beralih fungsi ketika diserap dan berbaur dengan pemahaman (gagasan) manusia. Sehingga, Islam sebagai ajaran akan menjadi ideologi tertutup ketika sudah ada dalam satu lembaga, aliran, atau organisasi tertentu. Islam tidak lagi lentur, apalagi mampu mentransformasi ajaran dalam ranah sosial masyarakat.

Di antara sekian aliran Islam yang mengubah Islam manjadi ideologi adalah Khawarij-Wahabi-Jihadis dan Islamisme Jihadis (hal. 60). Dua kelompok Islam ini menjadikan agama sebagai ladang kekerasan atas nama Islam dan Tuhan. Padahal kita tahu, bahwa Tuhan dan agama tidak butuh pembelaan dengan cara-cara ekstrem.

Untuk memilih dua kutub ideologi kelompok di atas, sudah tidak memungkinkan dalam konsep bernegara di Indonesia. Karena, justifikasi tidak ada pembenaran terhadap metode berpikir dialektika-dikotomis. Yang mana asumsi bahwa argumentasi kelompok saya-lah yang paling benar dan yang lain salah total. Tidak adanya silang pendapat dan komunikasi yang baik antara satu dengan yang lainnya merupakan potret dari usaha mematikan tradisi musyawarah dalam agama dan negara.

Di sini, Aksin mengajak kita untuk menengok kelompok Islam pluralis, yang mana kelompok ini justru berpikir untuk menemukan kebenaran tanpa menjadikan kelompok lain sebagai objek yang disalahkan. Kebenaran atas pemahaman sendiri dan menghargai kebenaran orang lain, menjadi satu pola pikir yang harus dibangun sejak awal, supaya cara menampilkan agama tidak kaku, menolak kekerasan dan lebih dekat pada kedamaian.

Hari ini, kita akan melihat fenomena kemanusiaan dalam masyarakat yang justru dianaktirikan oleh kelompok-kelompok Islam radikal. Tragedi kekerasan atas nama agama, kelompok-kelompok yang mengibarkan bendera agama yang sesuai dengan tafsir mereka dan kadang juga menjadi alat politisasi oleh kekuasaan. Dari sinilah saya kira kemanusiaan sudah tidak menemukan akar pijakan yang kuat.

Ditambah dengan ketidakpedulian pada pandemi yang sudah banyak meregut nyawa manusia. Seolah-olah kita hanya bisa pasrah pada takdir dan kuasa Tuhan, dan tidak mengikuti anjuran dari pemerintah dan para medis.

Terakhir, buku ini memang menjadi pintu untuk mengembara dengan mengendarai kemanusiaan dalam keberagamaan kita. Hal semacam ini sesuai dengan visi Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad kepada umatnya. Islam agama yang rahmatl lil ‘alamin akan kita rasakan, bukan hanya pada kelompok Islam sendiri, tetapi juga pada masyarakat agama lain, bumi dan semua makhluk di alam semesta.

Data Buku

Judul               : Berislam dengan Berkemanusiaan
Penulis            : Aksin Wijaya, Nur Rif’ah Hasaniy, Tati Nur Pebiyanti
Penerbit          : IRCiSoD
Cetakan          : Pertama, April 2021
Tebal               : 294 hlm; 14 x 20 cm
ISBN               : 978-623-6166-10-9

Multi-Page

Tinggalkan Balasan