PESAN DARI SAPPHO

1,246 kali dibaca

HYMNE

Bahkan sebelum larik musik teranggit sempurna
Di ujung jantung Mesopotamia
Aku telah menjelma lagu paling merdu
Mendampingi malam-malammu yang kelabu

Advertisements

Tidak seperti Hymne to Creation
Dengan rangkaian bahasa Cuneiform
Aku lahir dari debar-debur yang ada
Dada yang tertimbus pecahan kaca

Tidakkah kau rasakan aku dalam dirimu?
Betapa segala luka lenyap hanya karena daun jatuh
Kemudian menjadi kata
Kemudian menjadi alunan instrumentalia

Akulah yang pertama kali datang padamu
Dengan seperangkat kasih yang amat sungguh

Yogyakarta, 2021.

PESAN DARI SAPPHO

Cleis, anakku
Di keramaian ini
Langit Mytilene pancarkan cahaya putih
Ada senyummu
Benderang di tiap larik yang repih

Setiap malam
Setiap tidur yang tanpa pejam
Komputer tua itu muncrat darah
Seluruh sudut kamarku berlumur kata-kata

Anakku, Cleis
Bila dewasa kelak
Kau telah cukup berani membaca karangan-karangan milikku
Baik itu kalimat pesan yang ambigu
Atau ranting bunga gugur yang kusimpul di ranjang tidurmu

Tulislah kembali semampu yang kau hendaki
Bisikkan di telingaku yang mungkin akan, atau bahkan telah tuli
Dengan penuh kebahagiaan
Kujadikan ia sangu menuju mati
Cleis

;segala bagimu, tulus aku amini

Yogyakarta, 2021.

PERKENALAN
; OfOs

Kita belum saling mengenal
Belum pernah bersentuh tangan
Tetapi dengan cukup mengenang
Aku telah menerjuni dasar hatimu
Merasakan angin yang melekap dari jauh.

Entah ada ataukkah tidak samasekali wajah seorang perempuan di situ
Kuberdoa agar sungai-sungai tak berhenti menyeru
Hutan dan hijaunya daun selalu menjadi satu.

Barangkali pada suatu kelak
Kita ditakdirkan bertukar sapa
Aku ingin memperkenalkan diri sebagai engkau sepuluh tahun yang lalu
Yang mencintai langit
Hujan
Dan sunset yang keperak-perakan
Namun apabila tak
Cukup sajalah aku yang paham akan kau
Sebagai sepi yang bungkam
Sebagai diriku yang dicampakkan

Yogyakarta, 2021.

PERTANYAAN 1

Beruntung kau bukan pengarang
Segala yang menimpa tak mesti ditulis dan diceritakan
Pabila dadamu tersangkut perih
Tak perlu lebay dan alay menulis puisi

Komputermu sehat tanpa kalimat yang berantakan
Kepalamu selamat dari perang yang tak pernah selesai

Aku bersyukur kau bukan penyair
Kau dapat menikmati pagi semampumu
Tak wajib tuntas dan lengkap menyimpulkan cuaca
Langit yang setengah bercampur merah kesumba

Namun
Apakah kau menerimaku?

Yogyakarta, 2021.

PERTANYAAN 2

Apakah yang hilang dari malam?
Matamu,
Liontin yang diterpa cahaya bulan
Gemerlap dalam pandangku yang berlinang

Luka demi liku memalsukan segala rencana
Sungguh Desember yang diringkus trauma
Namun senyap pengap dadaku menerima
Bunga-bunga tancapkan dedurinya

Adakah yang tercuri dari rindu?
Setelah yang terdengar hanyalah suaramu
Mengalahkan kencang ombak benturkan buih
Seperti gemuruh pantai di suatu sore yang repih

Tapi, sudahlah
; Maukah kau mengakhiri tahun bersamaku?

Yogyakarta, 2021.

ilustrasi: pinterest.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan