Pemuda dan Kepemimpinan Masa Depan

2,390 kali dibaca

Tiga Ribu prajurit itu terlihat enggan berangkat menuju Mu’tah, Palestina. Bukan karena gentar kepada pasukan Romawi tersebab kekalahan ekspedisi tidak lama sebelumnya. Tetapi, ada semacam ketidaksetujuan diam-diam terhadap kepemimpinan yang dipegang oleh Usamah bin Zaid yang dianggap terlalu muda, ditambah kekhawatiran akan kesehatan Rasulullah yang semakin memburuk.

Hingga saat-saat terakhir kehidupannnya, Rasulullah masih bersikeras untuk memberangkatkan ekspedisi ini dan menampik seluruh keresahan prajurit melalui tanggapannya. “Kalian mengkritik pilihanku terhadap Usamah yang kutunjuk untuk memimpin pasukan, seperti halnya dahulu kalian pernah mengkritik kepemimpinan ayahnya, Zaid. Usamah benar-benar layak memegang komando yang aku amanatkan kepadanya, seperti juga ayahnya sebelumnya.”

Advertisements

Respons Nabi Muhammad tersebut menunjukkan bahwa tidak selayaknya seseorang memandang rendah orang lain hanya karena umurnya yang lebih muda, sebagaimana dulu juga terjadi pada Zaid bin Haritsah yang tidak dianggap kepemimpinannya karena statusnya bekas budak.

Sikap Rasul ini sepenuhnya ingin memberikan penguatan bahwa kejahiliyahan harus ditinggalkan, dan bahwa untuk alasan tertentu, penghormatan harus tetap diberikan kepada seorang pemimpin dengan terus membantunya untuk mewujudkan kemaslahatan bersama, jauh dari prasangka ketidakcakapan yang merendahkan martabatnya.

Tariq Ramadlan menjelaskan lebih lanjut bahwa selama memenuhi kualitas spiritual, intelektual, dan moral yang dibutuhkan, seseorang tidaklah boleh dihalangi untuk memegang otoritas dan kekuasaan, dan bahkan mungkin menjadi pelajaran kerendahan hati bagi generasi tua untuk mundur karena waktu akan mengikis tenaga seseorang.

Lebih jauh, dalam konteks kepemimpinan dan hubungan dua generasi yang berbeda, menurut hemat penulis riwayat tersebut juga menggambarkan setidaknya dua hal penting, yaitu bahwa (1) kompromi yang memastikan hubungan tua-muda tetap selaras; dan (2) kepemimpinan seseorang memang harus diteguhkan supaya ia mampu menjalankan hak-kewajibannya.

Untuk soal yang pertama, Nabi pernah bersabda, “Laisa minna man lam yarham shoghiirona wa lam yuwaqqir kabiirona” (Bukanlah golonganku seseorang yang tidak mengasihi yang muda dan yang tidak menghormati yang tua. Dalam redaksi lain: yang tidak mengetahui kemulian yang tua).

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan