Bukan hanya dikenal sebagai pendakwah. Nyai Rahmatun ternyata juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan. Juga aktif di sebuah organisasi massa perempuan yang diakui secara nasional. Bahkan pernah menjadi juru kampanye (jurkam) partai politik saat pemilihan umum di masa itu. Namun panggung politik itu segera ditinggalkannya.
“Hanya untuk belajar politik,” demikian Nyai Rahmatun beralasan.
Saat itu, pada awal 1990-an, di desanya, Desa Lenteng Barat, ada tokoh yang sangat berpengaruh, masyhur, kaya raya, namun nyentrik dan controversial. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai waliyullah. Tokoh tersebut tak lain adalah KH Masyhurat.
KH Masyhurat ini sering mengundang Nyai Rahmatun untuk berceramah. Bahkan, sudah menjadi langganannya. Setiap KH Masyhurat mengadakan acara, yang diundang untuk berceramah ya Nyai Rahmatun. Karena itu, ketika KH Masyhurat menggelar kampanye untuk partai yang didukungnya, yang diminta menjadi jurkam ya Nyai Rahmatun juga. Bahkan, saat itu, Nyai Rahmatun ini satu-satunya jurkam perempuan.
Karena itu, setiap penyelenggaraan pemilu, jadwal kampanye Nyai Rahmatun sudah pasti penuh. Hal itu berdampak pada aktivitas dakwahnya. Banyak undangan ceramah yang tidak bisa dihadiri atau dibatalkan. Lama-lama, Nyai Rahmatun akhirnya menyadari bahwa keterlibatannya dalam dunia politik hanyalah bersifat sementara dan bukanlah menjadi prioritas utamanya. Niatnya hanya ingin tahu seluk beluk kehidupan politik praktis di tanah air, khusunya di daerahnya.
Yang menjadi perhatian utamanya tetaplah bagaimana mengayomi masyarakat, khususnya kaum perempuan di bidang ilmu pengetahuan, yang dalam hal ini ilmu keagamaan. Sehingga pada akhir tahun 1990-an, atas inisiatif sendiri, Nyai Rahmatun tidak aktif lagi dan berhenti total di partai politik mana pun.
Setelah turun dari panggung politik, selanjutnya Nyai Rahmatun dapat mengabdikan seluruh waktunya untuk kepentingan dakwah. Dengan selalu didampingi suaminya, kini Nyai Rahmatun dapat memenuhi semua agenda dakwahnya.
Terimakasih babyak duniasantri.co
💯