Membaca Arah Baru Tafsir Quran

742 kali dibaca

Al-Quran adalah warisan Nabi yang berbentuk teks. Sebagai teks suci, umat Islam berusaha untuk mendasarkan perilaku dan pemahamannya pada Al-Quran. Pada perkembangannya, Al-Quran menjadi sumber peradaban Arab-Islam. Maka, dari sinilah muncul berbagai dialektika ilmu pengetahuan yang mengantarkan umat Islam pada peradaban yang unik. Berbeda dengan peradaban-peradaban sebelumnya.

Al-Quran melahirkan banyak cabang ilmu pengetahuan. Baik dari segi ilmu alat untuk memahami Al-Quran itu sendiri maupun ilmu-ilmu lainnya di luar Al-Quran. Namun, sampai sekarang, terutama ilmu sains, mengalami kesamaan dengan Al-Quran. Hingga, banyak dari kalangan ilmuan menyatakan bahwa Al-Quran adalah satu satunya kitab suci yang menjawab segala persoalan. Meski tak jarang juga bahwa Al-Quran mendapat kritikan tajam dari orientalis maupun dari umat Islam itu sendiri.

Advertisements

Kita tahu bahwa tafsir adalah upaya menjelaskan langkah-langkah untuk membumikan petunjuk Al-Quran dalam realitas kontemporer. Tafsir juga menyentuh semua lingkaran sosial yang meliputi individu, keluarga, masyarakat, negara, umat, dan manusia secara keseluruhan.

Adapun, tafsir maqasidi adalah salah satu ragam dan aliran tafsir di antara berbagai aliran tafsir yang berupaya menguak makna-makna logis dan tujuan-tujuan beragam yang berputar di sekeliling Al-Quran, baik secara general maupun parsial, dengan menjelaskan cara manfaatnya untuk merealisasikan kemaslahatan manusia. Secara sederahana, definisi ini tidak jauh berbeda dengan yang diajukan oleh Tazul Islam.

Pembahasan mengenai tafsir maqasidi sebenarnya banyak di berbagai artikel, namun tidak tertuju pada satu kesatuan. Sementara dengan hadirnya buku ini memberi arah baru yang sempurna dalam suatu penelitian.

Buku berjudul Metode Tafsir Maqasidi karya Dr Wasfi ‘Asyur Abu Zayd secara khusus mengupas lebih dalam lagi dengan berbagai tawaran yang diajukan.

Hakikatnya, ada banyak korelasi antar-tafsir. Posisinya selain sebagai ragam tafsir, juga hadir sebagai penyatu dan menembus batas dari semua ragam tafsir. Tidak ada satupun yang tidak membutuhkannya. Sebaliknya, tafsir maqasidi independen dan tidak membutuhkan tafsir lainnya.

Bisa dibilang, posisi tafsir maqasidi lebih krusial ketimbang maqasid syariah. Hal ini menjadi bukti kuat bahwa tafsir maqasidi membuka arah baru dalam perkembangan dunia tafsir  Al-Quran. Hal ini tidak terbatas pada syariat saja, dan kita tahu bahwa Al-Quran mencakup bahasan yang luas. Di dalam Al-Quran terdapat bahasan akidah, akhlak, ibadah, muamalah, adab, politik, pendidikan, peradaban, penyucian jiwa, pemikiran, kemasyarakatan, berbagai perkara, dan hubungan intraksi yang berbeda-beda. (Hlm. 16).

Dalam mengusung gagasannya, Abu Zayd membagi beberapa bagian dalam tulisannya di buku ini. Pertama, ditinjau dari sudut sejarahnya. Term maqasid tafsir pertama kali dikemukakan oleh al-Ghazali dalam kitabnya Jawahir al-Qur’an. Ghazali menyebutkan bahwa Al-Quran bak samudra luas yang memiliki berbagai jenis mutiara dan permata yang berharga. Untuk mendapatkan permata, seorang mufasir harus mampu menyelam ke dalam samudra Al-Quran.

Kedua, langkah yang harus dilakukan untuk menerapkan maqasid al-qur’an. Al-Auran adalah satu kesatuan dari setiap ayatnya, tidak bisa mengambil satu ayat untuk kepentingan pribadi dan menafikan ayat lainnya. Untuk mrnghasilkan simpulan yang benar, maka harus melalui proses yang baik dan benar pula. Prosesnya merujuk ke teks Al-Quran, menerapkan metode induktif, konklusif, dan mengikuti hasil penelitian para sarjana Al-Quran dari berbagai era. (Hlm. 133).

Ketiga, tujuan dari tafsir maqasidi itu sendiri, yakni dalam rangka memperbaiki keyakinan dan mengajarkan akidah yang benar. Keyakinan yang benar adalah sebab terpenting bagi kebaikan makhluk karena menghilangkan kebiasaan untuk menetapkan sesuatu tanpa bukti, menyucikan kalbu dari berbagai delusi yang tumbuh karena kesyirikan dan sekularitas.

Keempat, dalam menguatkan tulisannya, Abu Zayd tidak hanya mengemukakan pendapatnya, tetapi juga melibatkan pendapat lainnya agar metode baru ini semakin kokoh dan kuat. Hal ini menjadi bukti bahwa pemahaman ini tidak hanya sebatas milik pribadi, tapi juga banyak orang yang terlibat di dalamnya. Niatnya satu, untuk kebaikan umat.

Pemahaman ini digali dan dibangun karena memang tidak lepas dari keinginan dan usaha para ulama. Teks Al-Quran mengandung banyak makna, oleh karena itu, para ulama berusaha memahami teks suci sehingga melahirkan berbagai pemahaman. Ini masuk akal karena setiap akal mempunyai sudut pandang dan pengalaman yang berbeda.

Bisa dikatakan, para pengkaji Al-Quran masa kini lebih butuh berintraksi dengan Al-Quran melalui perspektif maqasidi dibanding dengan era sebelumnya. Mereka lebih perlu untuk mengatur perilaku, berinteraksi agar jalan yang ditempuh lurus menuju rida-Nya.

Buku ini disajikan dalam uraian akademik modern, semisal tesis atau disertasi. Sebagaimana akademisi, penulis menyajikan telaah pustaka sebagai hidangan pembuka untuk melihat direfensiasi pendekatan yang diusung tafsir maqasidi dengan tafsir yang menggunakan berbagai metode.

Sering kali terjemahan tidak cukup mewakili makna, maksud, dan tujuan dari penulis itu sendiri, namun Ulya berhasil menerjemah dengan baik buku ini. Sehingga apa yang dimaksud dan yang dituju oleh penulis sangat terwakili oleh terjemahannya. Buku ini sangat layak dibaca oleh masyarakat akademisi untuk menambah wawasannya.

Data Buku

Buku               : Metode Tafsir Maqasidi
Penulis            : Dr. Wasfi ‘Asyur Abu Zayd
Penerjemah     : Dr. Ulya Fikriyati
Penerbit           : Qaf
Terbitan           : Maret, 2020
ISBN                : 978-602-5547-76-8

Multi-Page

2 Replies to “Membaca Arah Baru Tafsir Quran”

Tinggalkan Balasan