KETIKA RANJANG BERDERIT

800 kali dibaca

DALAM DOA
:Ryhn

Biar kunikmati sendiri desau angin di luar
Cuaca buruk dengan hujan yang gemetar
Asal dalam doa kau tetap setia mengirim sebar
Karena barangkali kasak-kusuk
Hanya tempias dari cemburu: Luka lama itu

Advertisements

Nun jauh di balik bukit lancaran
Dan di kepala kita jalan membentang, panjang
Engkau cukup paham bahwa sekarang tengah penghujan
Dan aku selalu meyakinkan
Tak ada yang lebih hangat selain doa-doa yang tetap dipanjatkan

Diam sayang,
Jangan tengadah memandang langit yang kacau
Sebab angin sedang merencanakan dinginnya kehilangan
Dan tetap percaya bahwa di dalam doa
Kita takkan gigil sepanjang musim hujan

Sepanjang matahari kembali bersinar
Dan menutup hakikat zaman.

Gapura, Maret 2022.

KETIKA DIA MEMCOPOT SEBUAH ANGKA DALAM SEBUAH KALENDER

“Tanggal berapa ini, ibu?”

Perempuan itu meracau pada kesepian
Ibunya tak pernah hadir sebagai kenyataan
Bapaknya sibuk melawan arus di samudra yang menghampar
Sedang waktu kian laju kian mencekam

Hidup begitu pelik dan dewasa serupa jarum jam
Yang tiba-tiba menjelma pisau.

Dengan tangan dan tubuh di bungkus gemetar
Ia berjalan ke arah kalender yang terpasang
Kalender tua yang pernah membiarkan
Ia bermain dengan kawan hujan
Dan malam hari ibunya kalut sebab ia demam.

“Hai, bisakah kau mengembalikan aku
Pada hujan, pada teriakan ibu di kejauhan
Pada diam ayah yang membuatku gemetar”

Ia berbicara pada sebuah tanggal
Tanggal itu diam. Tentu saja.
Ia tak pernah punya pilihan lain selain
Sekadar mengikuti putaran takdir
Ia hanya penaggalan biasa
Dan selebihnya adalah Tuhannya yang bekerja

Tiba-tiba ia mencopot tanggal pada kalender itu
Sebuah lubang menganga membuka yang lika-liku
Ia memutuskan untuk masuk
Mencari hujan, mencari teriakan
Mencari suara yang membuatnya kerap gemetar

Semakin jauh, semaki laju
Ia temukan dunia yang baru di lubang tanggal itu
Tapi dewasa adalah sebuah kemarau yang tak pernah
Sekalipun di sapu hujan
Hidupnya makin kalut dan menakutkan
Ia belum menemukan apa yang ia cari
Runcing jarum jam makin gencar memburunya kini.

Gapura, 20 Januari 2022.

RANJANG

Ranjang itu berderit, Haijen
Lengking, nyaring.

Menusuk pendengaran
Memecah pembuluh darah dan jaluran pernapasan

Aku lihat izroil sudah menyiapkan sejumput catatan
Atau barangkali sebuah kunci surga

Jika saja aku syahid sebab tertusuk
Lengkingan ranjang dan peliknya kenyataan.

Kesunyian bergegas dari ranjang mu itu, Haijen
Kuntum-kuntum melati tertata rapi
Seperti lentik matamu yang belum mampu ku lupa ini.
Aromanya menyeruak ketenangan
Bagimu, bagi perempuanmu
dan betapa naifnya aku yang kemudian teracuni sebab bau itu.

Di beberapa sisi terletak pula rekah-rekah mawar
Kau mendapat semerbak wanginya
Tanganku bedarah karena tajam durinya.

Maka purnahlah segala derita malam ini
ranjang mu itu menguak aroma kembang dan kasih sayang
aku terkapar di tusuk pahitnya kenyataan.

Gapura, 2021..

SEBUAH PESAN SINGKAT

Selamat tidur,
Ada yang lebih dingin dari pelukan bukit lancaran: doa kita yang belum Tuhan dengarkan!

Gapura, 2022.

PERGI

Engkau datang dengan sekuntum mawar
Aku pergi dengan putiknya yang berguguran
Dengan duri-duri yang menusuk semakin dalam.

Gapura, 2022.

ilustrasi: ranjang, edvard munch, aliexpress.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan