Kaum Nyinyir dalam Quran

1,130 kali dibaca

Ada satu kaum yang oleh al-Quran digambarkan sebagai yang paling nyinyir, dan kita mengenalnya sebagai Bani Israel.

Salah satu kenyinyiran Bani Israel yang paling popular diceritakan dalam surat al-Baqarah, yang berarti sapi. Ini memang tentang perintah Allah kepada umatnya Nabi Musa untuk menyembelih sapi.

Advertisements

Dilatari kasus pembunuhan yang sulit diungkap, mereka meminta kepada Musa agar bertanya kepada Tuhan untuk mengungkap siapa pelakunya. Musa dengan sabar menuruti permintaan umatnya dan akhirnya memperoleh jawaban dari Tuhan.

Tuhan memerintahkan agar mereka menyembelih sapi betina sebagai bagian dari ibadah. Tapi mereka tak lekas melaksanakannya, malah mengajukan berbagai macam pertanyaan lanjutan.

“Apakah Tuhanmu akan menjadikan bahan ejekan dengan menyembelih sapi betina.”

Setelah memperoleh jaminan dari Musa bahwa perintah itu tidak bertujuan untuk menjadikan mereka sebagai olok-olok, pertanyaan lanjutan diajukan lagi:

“Coba tanya lagi kepada Tuhanmu, sapi betina seperti apa yang harus kami sembelih?”

Masih dengan kesabaran yang sama, Musa bertanya lagi kepada Tuhan. Jawaban bahwa yang harus disembelih adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda, tetap tak bisa memuaskan hasrat Bani Israel ini. Mereka masih mengajukan pertanyaan lagi:

“Coba tanya lagi kepada Tuhanmu, sapi betina warna apa yang harus kami sembelih?”

Bukan hanya Musa, Tuhan yang Maha Penyabar masih meladeni mereka, dan memberikan jawaban agar mereka menyembelih sapi betina berwarna kuning. Tapi rupanya jawaban itu dianggap tak cukup, dan mereka masih bertanya lagi:

“Mohonkanlah kepada Tuhanmu, agar menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).”

Melalui Musa, Tuhan akhirnya memberikan jawaban terakhirnya, bahwa yang harus disembelih adalah sapi betina berwarna kuning, tidak tua dan tidak muda, belum pernah dipakai untuk membajak, tidak bercacat, dan tidak ada belangnya.

Hampir saja mereka tak dapat melaksanakan upacara penyembelihan sapi untuk mengungkap pelaku pembunuhan lantaran kriteria sapi seperti yang disebutkan dalam akhir jawaban itu sangat sulit ditemukan. Mereka mengalami kesulitan sendiri untuk menemukannya.

***

Sebenarnya itu bukan satu-satunya kisah bagaimana Bani Israel mempersulit diri dengan kenyinyirannya. Tapi kisah itu memang sangat popular. Saking popularnya, di kalangan santri ada guyonan, orang yang terlalu banyak bertanya dengan pertanyaan berbelit-belit akan memperoleh julukan “Dasar Bani Israel!”

Tapi dari kisah itu kita tahu, perintah Tuhan sebenarnya memang sangat sederhana: menyembelih sapi betina. Tapi karena watak nyinyirnya, terlalu banyak bicara dan bertanya, akhirnya mereka justru mempersulit diri, kesulitan sendiri untuk menemukan sapi yang akan dijadikan sesembahan.

Apakah kenyinyiran seperti watak Bani Israel itu hanya ada di masa lalu seperti yang digambarkan al-Quran? Sepertinya tidak juga. Hari-hari ini, di Indonesia, kita melihat banyak orang yang terjangkiti watak Bani Israel. Setidaknya, hal itu bisa kita telisik selama masa kita menghadapi pandemi Covid-19 hampir setahun belakangan.

Kini seluruh dunia sedang berjuang untuk melawan dan menghentikan penyebaran virus Corona agar tak semakin banyak manusia mati menjadi korbannya. Maka, satu-satunya jalan adalah menemukan vaksinnya, kemudian dilakukan vaknisasi terhadap semua orang.

Tapi sedari mula kita sudah mulai nyinyir. Ketika pemerintah melakukan pengambilan sampel spesimen Covid-19 untuk dilakukan pengujian di laboratorium di berbagai negara untuk menghasilkan vaksin, seperti di Amerika Serikat atau China, banyak orang berteriak-teriak jangan sampai darah kita tercampur atau tertukar dengan darah orang-orang kafir.

Ketika sedang dilakukan pembuatan vaksin, dan seluruh dunia berharap-harap cemas menunggu hasilnya, banyak orang dari kita berteriak-teriak mempertanyakan kehalalan dan keharamannya. Mengajukan banyak persyaratan ini-itu, seakan tak pernah belajar ilmu fikih, bahwa jika dalam kondisi darurat yang berujung pada kematian, dan hanya ada satu-satunya obat, yang haram pun diperbolehkan.

Dan, ketika vaksin itu sudah jadi, sudah di depan mata, banyak orang dari kita masih berteriak-teriak menuntut ini dan itu. Malah ada seorang ulama yang meminta agar presiden menjadi orang pertama yang dicoba disuntik vaksin. Jika berhasil, barulah masyarakat boleh divaksin. Bahkan, organisasi profesi kedokteran, yang seharusnya lebih tahu persoalan vaksinasi ini, juga mengajukan syarat yang sama. Ironis. Seakan-akan, negara sedang menjadikan rakyatnya sebagai kelinci percobaan.

Itu baru salah satu contoh betapa kita sudah menjadi kaum yang nyinyir. Tapi memang seperti itulah tingkah polah kenyinyiran Bani Israel yang digambarkan dalam al-Quran. Lihatlah kisah ini: suatu ketika Nabi Musa diperintah untuk mengajak kaumnya menuju Yerusalem. Saat itu, Yerusalem sedang diduduki suatu bangsa yang terkenal kuat dan tangguh. Padahal, Yerusalem adalah tanah yang dijanjikan buat mereka. Apa jawaban mereka?

“Wahai Musa! Sampai kapan pun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya, karena itu, pergilah engkau bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua. Biarlah kami tetap (menanti) di sini saja.”

Maka, sangat mengherankan jika kita sebagai umat Nabi Muhammad justru terjangkiti watak Bani Israel. Yang kufur nikmat dan nyinyir tak berkesudahan.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan