Jejak Bung Karno di Aljazair

5,548 kali dibaca

Jelang dini hari rombongan musisi santri Ki Ageng Ganjur mendarat di Bandara Internasional Houari Boumedienne Aljier. Suasana bandara sudah sepi, mungkin karena ini penerbangan terakhir malam itu. Kami agak tertahan di imigrasi karena ketika petugas memerikasa dan mengetahui rombongan kami adalah musisi dari Indonesia, mereka minta kami memainkan alat musik. Kebetulan, di kabin, Kang Jimbot bawa suling. Langsung saja dimainkan di depan petugas imigrasi.

Mendengar alunan seruling Kang Jimbot, semua petugas imigrasi yang ada di pos pemeriksaan segera keluar dan bergerombol menyaksikan atraksi Kang Jimbot. Untungnya, sudah tidak ada lagi penumpang lain yang harus diperiksa. Bahkan, personil Ki Ageng Ganjur yang lain yang sedang antre langsung distempel paspornya tanpa ditanya-tanya. Sayangnya, kami tidak boleh mengambil gambar momen yang unik ini. Namun, para petugas imigrasi bandara berebut mengabadikannya. Kejadian ini terulang saat pemeriksaan barang. Dan, kembali para petugas berebut mengambil gambar kejadian unik ini.

Advertisements

Di bandara, kami dijemput beberapa petugas KBRI, termasuk HM Taufiq Prabowo, suami Dubes RI untuk Aljazair, Safira Rosa Machrusah. Sekitar pukul 01-an kami tiba di wisma KBRI dan langsung istirahat karena jam 05.00 kami harus bangun untuk persiapan berangkat ke Konstantin  menggunakan pesawat jam 07.30. Kondisi badan yang capai setelah jalan-jalan seharian di Paris seolah tidak dirasakan oleh teman-teman. Semua karena perasaan happy dan enjoy, menikmati perjalanan serta semangat yang terus menyala.

Tiba di Konstantin saya bersama Ibu Dubes langsung menuju ke Universitas Emir Abdelkader untuk seminar. Sedangkang, para personil Ki Ageng Ganjur langsung loading alat di venue yang ada di Hotel Novotel, Konstantin. Di kampus, kami disambut oleh Rektor, Dr Said Daroji beserta jajarannya dan langsung menuju ruang seminar yang sudah dipenuhi peserta. Ada sekitar 100-an orang yang mayoritas mahasiswa program doktor dan dosen, di antaranya Dr Chebaiki Djemat (Wakil Rektor Bidang Akademik dan Riset), ustadz Dr Aziz Haddad (Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan), dan Prof  Dr Abdullah Boukhelkhal (Mantan Rektor UEA).

Tema seminar adalah “Spirit Konferensi Asia Afrika dan Peran Bung Karno dalam Kemerdekaan Aljazair”. Dalam seminar ini penulis didaulat menjadi nara sumber bersama Rektor Universitas Emir Abdulkader. Seminar dibuka oleh Dubes RI untuk Aljazair, Safira Machrusyah. Dalam sambutan pembukaan, Dubes menyampaikan rasa terima kasih kepada pihak universitas yang telah berkenan mengangkat tema mengenai sejarah dan pemikiran seorang tokoh Indonesia, Ir Soekarno. Ini merupakan penghormatan bagi kami, bangsa Indonesia.

Menurut Dubes, tema ini tidak saja mempererat hubungan persahabatan Indonesia-Aljazair, tetapi juga bisa meningkatkan kesadaran sejarah bagi generasi muda kedua negara. Melalui pemahaman sejarah, generasi muda akan memiliki referensi yang bisa memperkuat daya tahan intelektual, akademik, dan kultural saat menghadapi era global dengan informasi tanpa batas. Selain itu, dengan pengenalan sejarah bangsa dan pikiran para tokohnya, anak-amak muda akan memiliki rasa bangga pada bangsa dan tokohnya sendiri. Inilah pentingnya generasi muda mengenal sejarah para tokoh bangsanya sehingga memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

Seminar berjalan menarik karena respons para peserta yang atusias. Mereka sangat mengagumi Bung Karno dan akan selalu mengingat jasa-jasa beliau kepada rakyat Aljazair. Sayangnya, sejarah seperti ini belum banyak diketahui generasi muda. Komentar dan pertanyaan dari para peserta sangat kritis dan tajam. Beberapa gagasan dan catatan penting yang memerlukan tindak lanjut muncul dari seminar ini. Mengenai isi diskusi dan gagasan yang muncul, akan kami paparkan pada tulisan berikutnya, semoga tetap sabar menanti.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan