Jalan Pelopor Pesantren Modern

1,727 kali dibaca

Memelopori konsep dan kebaruan pesantren, KH Imam Zarkasyi dikenal sebagai tokoh di balik berdirinya pondok pesantren modern di Tanah Air. Tonggaknya adalah berdirinya sebuah pondok pesantren modern yang kita kenal dengan Pondok Pesantren Darussalam Modern Gontor, yang terletak di Ponorogo, Jawa Timur.

Perjalanan dan perjuangan KH Imam Zarkasyi merintis berdirinya pesantren modern terekam dalam buku berjudul KH. Imam Zarkasyi, dari Gontor untuk Dunia yang disusun oleh Ahmad Ja’farul Musadad dan diterbitkan Global Press (2021).

Advertisements

KH Imam Zarkasyi sendiri memiliki trah dari Pangeran Hadiraha Adipati Anom, putra dari Sultan Kasepuhan Cirebon yang bernama Sultan Abdul Karim. Terlahir dari lingkungan bangsawan, Kiai Imam Zarkasyi tumbuh menjadi seorang yang terpelajar. Ayahnya bernama Raden Santoso dengan ibu bernama Siti Partiyah (halaman 1).

Riwayat pendidikannya bermula dari Pondok Pesantren Joresan. Tidak hanya di situ, ia kemudian meneruskan studinya di Kweekscool, berlanjut Padang Panjang, yaitu Thawalib School. Sesudah itu, Kiai Imam Zarkasyi melanjutkan belajar di Kulliyatul Mualimin al-Islamiyah.

Cikal bakal Pondok Darussalam Modern Gontor berawal ketika Kiai Imam Zarkasyi melihat empat lembaga pendidikan kelas dunia yang nantinya menjadi referensi atas konsep dan fondasi dasar berdirinya pesantren yang saat ini memiliki ribuan santri didik yang menjadi percontohan pesantren-pesantren di Nusantara.

Dalam buku setebal 124 halaman ini disebutkan, bahwa Kiai Imam Zarkasyi mengambil referensi dari Al-Azhar Mesir, karena Al-Azhar memiliki sejarah panjang di dalam dunia keilmuan. Tidak perlu diragukan lagi soal tradisi keilmuannya. Siapa yang tidak mengenal intelektual muslim sekaliber Profesor Dr M Quraish Shihab atau Prof KH Ibrahim Hosen? Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh masyhur kejebolan Al-Azhar.

Al-Azhar berdiri independen, bukan di bawah naungan pemerintah, tanpa intervensi dari pihak mana pun. Dari masa ke masa, Al-Azhar memiliki konsistensi yang luar biasa. Hal ini yang menjadikan Kiai Imam Zarkasyi melirik Al-Azhar sebagai lembaga pendidikan yang patut menjadi referensi atas lembaga pendidikan di Indonesia. Selain itu, Kiai Imam Zarkasyi juga mengambil spirit kemandirian dari pondok yang terletak di bagian Afrika Utara, bernama Syanggit. Konsep kedermawanan dibangun sedemikian rupa, sehingga tidak ada biaya yang dibebankan oleh peserta didik, baik pengelolaan dan pembangunan (halaman 78).

Kita bergeser di India, yaitu sebuah Universitas Islam yang bernama Aligarh. Konsep keilmuan di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor tidak terlepas dari terbukanya keilmuan yang diajarkan di dalam kurikulum, sehingga tidak melulu tentang agama, melainkan juga memperkenalkan keilmuan umum, yang menjadi inspirasi sistem pendidikan di pesantren tersebut (halaman 79).

Terakhir, mengelaborasi dan mengaktualisasi pandangan ahlusunnah wal jamaah sebagai nilai-nilai keislaman yang santun, ramah, dan tetap melestarikan budaya kepesantenan sebagai warisan peradaban (Halaman 80).

Dari keempatnya, terdapat perpaduan yang serasi dan dinamis. Seperti yang sudah dijelaskan (halaman 108), nilai-nilai sosial keagamaan diterapkan sebagai bentuk tanggung jawab atas keberadaan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor. Hal ini didasari oleh makna tafaqquh fiddin, yaitu mengerti, memahami, dan mendalami seluk beluk ajaran agama Islam dengan paripurna sebagai bekal hidup di masyarakat dengan latar belakang profesi apa pun (halaman 109).

Selain itu, masih ada faktor lain, yaitu memperkokoh akhlak sebagai bentuk aktualisasi nilai-nilai agama di tengah-tengah masyarakat. Untuk mengiringi perjalanan zaman, Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor mengubah pola pikir sejarah kepesantenan di Indonesia dengan menerapkan kurikulum pendidikan umum. Hal ini sebagai bentuk menyambut berkembang serba modern yang tidak mungkin lagi terbendung. Tentu saja,  jalan satu-satunya adalah melihat kemajuan abad sebagai nikmat yang perlu disyukuri tanpa harus menghapus nilai-nilai tradisi dan sejarah kepesantrenan.

Data Buku:

Judul              : KH. Imam Zarkasyi dari Gontor untuk Dunia
Penulis           : Ahmad Ja’farul Musadad
Penerbit         : Global Press
Tahun terbit   : April, 2021
Ukuran buku : 13,5 x 20,5 cm
Ketebalan      : 124 halaman

Multi-Page

Tinggalkan Balasan