Idul Fitri: Kemanangan Seperti Apa yang Kau Cari?

241 kali dibaca

 

Idul Fitri, sebuah kata yang menyiratkan lebih dari sekadar hari raya atau momen keagamaan bagi umat Muslim di seluruh dunia.

Bagi mereka, ini adalah momentum puncak dari ketaatan, kesabaran, dan pengorbanan selama bulan suci Ramadan. Namun, di balik ritual-ritual yang dilakukan, terdapat sebuah makna yang dalam dan filosofis yang mengajarkan tentang kebesaran Allah dan keagungan manusia sebagai hamba-Nya.

Advertisements

Sejak awal waktu subuh pada hari pertama Syawal, takbir berkumandang dari sudut-sudut masjid hingga pelosok desa. Suara-suara tersebut membawa pesan perdamaian dan kebahagiaan, menciptakan suasana yang kental dengan rasa syukur dan kemenangan. Seolah-olah seluruh alam merayakan pencapaian umat manusia dalam menundukkan hawa nafsu dan menjalani ibadah dengan penuh keikhlasan.

Takbir yang terdengar mengingatkan manusia akan keagungan Allah, Sang Maha Pencipta, yang menciptakan segala sesuatu dengan kekuasaan-Nya yang tak terbatas.

Di balik kata-kata takbir tersebut tersirat sebuah kebenaran yang mendalam: bahwa Allah adalah yang Maha Besar, Maha Agung, dan Maha Tinggi di atas segala-galanya. Namun, kebesaran Allah ini tidaklah bersifat menakutkan, melainkan memberikan kedamaian dan kebahagiaan bagi hamba-Nya yang taat.

Ketika manusia mengucapkan takbir dengan penuh khidmat, mereka menyadari betapa kecilnya diri mereka di hadapan keagungan Allah. Mereka merenungkan betapa sempitnya dunia ini jika dibandingkan dengan kebesaran-Nya. Namun, di saat yang sama, mereka juga merasakan betapa besar kasih sayang Allah yang senantiasa menghampiri hamba-Nya dengan rahmat dan kebaikan.

Idul Fitri bukanlah sekadar perayaan atau pesta kemenangan belaka. Lebih dari itu, Idul Fitri adalah waktu untuk merefleksikan diri, memperbaiki diri, dan berkomitmen untuk menjadi manusia yang lebih baik di masa depan.

Hal ini tercermin dari perjalanan spiritual yang dilakukan selama bulan Ramadan, di mana umat Muslim berusaha meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan mereka kepada Allah.

Namun, perayaan Idul Fitri juga mengajarkan manusia tentang pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang diberikan oleh Allah.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran, “Jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).

Begitu banyak nikmat yang telah diberikan Allah kepada manusia, namun seringkali manusia lupa untuk bersyukur dan menghargai.

Padahal sejatinya kalau menyaksikan, mendalami, meluasi, menghayati dan menilai sekian abad kehidupan ummat manusia sejak Baginda Nabi Adam kakek moyang cikal bakal mereka—sangatlah banyak ketidakpantasan pada manusia untuk dikostumi kemewahan Idul Fitri.

Premis dasar pernyataan ini adalah fakta ketidak-tahu-dirian manusia yang sangat melewati batas terhadap peran dan jasa-jasa Allah Swt kepada mereka—hampir di semua era dan kurun sejarah mereka.

Dalam kehidupan horizontal di antara sesama manusia sendiri peta salah-benar dan baik-buruk di antara mereka belum pernah sungguh-sungguh ter-cover secara ilmu oleh peradaban manusia. Apalagi oleh aplikasi kebudayaan dan pengejawantahan peradabannya.

Dalam menghadapi tantangan tersebut, manusia diajarkan untuk tidak berputus asa dan selalu berusaha melakukan yang terbaik dalam segala hal.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran, “Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 5-6).

Multi-Page

Tinggalkan Balasan