Jenaka dalam Beragama

162 kali dibaca

Pada Ramadan tahun ini kita cukup terhibur dari adanya hubungan jenaka antara umat muslim dengan nonmuslim. Kejenakaan ini bisa dilihat dari munculnya istilah “war takjil” di beranda media sosial. Keberadaan takjil pada bulan ramadan sebenarnya sudah lama ada. Tapi baru tahun ini ramai di jagad virtual ketika para nonis (non-islam) ikut-ikutan berebut membeli takjil.

Ramainya nonis yang memburu takjil di kala umat muslim masih bertahan menahan lapar, membuat ruang virtual heboh dengan hastag “war takjil”. Komentar lucu terkait “war takjil” kemudian saling bersahutan antara umat muslim dan nonmuslim. Sekilas, takjil telah mengubah ruang publik keberagamaan di media sosial nampak indah, kocak, dan penuh tawa.

Advertisements

Takjil sebagaimana akar katanya berasal dari bahasa Arab, yakni ajjala yu’ajjilu ta’jiilan. Artinya bersegera atau mempercepat.

Maksudnya, makanan minuman yang hanya dijual di bulan Ramadan ini dimaksudkan membantu umat muslim yang sedang berpuasa agar bisa segera berbuka.

Pada perkembangannya, ternyata yang menikmati takjil tidak hanya kalangan muslim. Namun banyak nonis yang ternyata sangat menyukai Ramadan lantaran aneka macam takjil banyak tersedia. Bahkan, untuk urusan takjil, nonis jauh lebih bersemangat ketimbang umat muslim.

Lihat saja beberapa postingan lucu nonis di media sosial terkait takjil. Ada yang bilang, “untukmu agamamu, untukku takjilmu”.

Hal yang senada juga bisa dilihat dari kalimat, “puasa itu kewajibanmu, tapi takjil itu hak kita bersama”.

Apa yang ditulis oleh nonis ini kemudian direspons secara jenaka (bukan amarah) oleh umat muslim.

Ada yang mengatakan, “tolong bersaing secara sehat ya nonis. Berburu takjil itu jam lima sore. Kalau jam tiga sore, kita yang islam lagi bertahan hidup”.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

One Reply to “Jenaka dalam Beragama”

Tinggalkan Balasan