Haji Mabrur

3,766 kali dibaca

Alkisah, Abdullah bin Mubarak kaget tak kepalang tanggung. Sang sufi yang baru saja menunaikann ibadah haji ini terheran-heran. Betapa tidak, ia dengan jelas mendengarkan percakapan dua malaikat dalam tidurnya barusan. “Berapa yang datang ke Baitullah untuk berhaji tahun ini?” tanya yang satu. “Enam ratus ribu,” jawab yang lain. “Dan berapa yang hajinya diterima Allah?” lanjutnya. “Tak satu pun,” jawabnya tanpa ragu.

Terbayang dalam benak ibn Mubarak, betapa sia-sia keletihan menyusur padang pasir dan harta yang dikeluarkan selama menjalankan ibadah haji. Dan yang lebih membuatnya heran, lanjut sang malaikat: “Tetapi, ada satu yang diterima Allah, yaitu hajinya seorang tukang sepatu dari Damaskus, namanya Ali ibn Muwaffaq.”

Advertisements

Berhari-hari ibn Mubarak gelisah, penasaran ingin bertemu si tukang sepatu. Ia lalu bertandang ke Syuriah, menyisir kota Damaskus. Akhirnya bertemulah ia dengan si haji mabrur. Dan ibn Mubarak pun terheran-heran ketika ternyata Ali ibn Muwaffaq, si tukang sepatu itu tak pernah datang ke Makkah. Bagaimana mungkin tak berhaji ke Mekkah bisa menjadi haji mabrur, pikir ibn Mubarak.

“Saya memang berniat haji ke Mekkah sejak 30 tahun lalu, dan untuk itu saya telah menabung. Tetapi uang yang mestinya cukup untuk berangkat haji itu, belum lama ini, saya berikan kepada tetangga saya yang lebih membutuhkan, fakir-miskin, sakit-sakitan bahkan mustad’afin,” tutur Ali.

Dijemput Ka’bah

Lain lagi cerita yang satu ini. Seorang sufi masyhur naik haji. Setelah melewati perjalanan yang melelahkan sampailah ia di Mekkah. Alangkah kagetnya dan hampir ia tak percaya sesampainya di Masjidilharam, karena tak menjumpai Ka’bah. Baitullah itu tak ada di tempatnya. Ia pun bertambah kaget ketika ternyata, setelah bertanya ke sana kemari, Ka’bah sedang menjemput seseorang. “Hebat benar orang itu,” pikir si sufi. Dan selidik punya selidik, orang yang dijemput Ka’bah itu ternyata Rabiah al-Adawiyah, perempuan sufi yang sangat terkenal. Si sufi pun lalu menemui Rabi’ah dan bertanya: “Hebat benar Anda dijemput rumah Allah”. “Ya, karena saya hanya berpikir dan membatin pemiliknya, bukan rumahnya,” jawab Rabi’ah. Si sufi hanya duduk tertegun, merenung, mungkin sedang menyesali kekeliruannya.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan