Guru Sepanjang Waktu

341 kali dibaca

Tahun lalu saya mengenang Guru Syaikhoni sebagai guru pendongeng tiada tanding. Hari ini, yang membayang dalam kenangan adalah Pak Dul. Saya mengenangnya sebagai guru sepanjang waktu, guru segala ilmu.

Namanya Abdul Hadi. Orang-orang sejagat kampung saya, entah bocah-bocah, entah anak-anak, entah orang dewasa, atau kakek nenek mengenalnya sebagai Pak Dul. Panggilan penghormatan itu tentu diberikan karena posisinya sebagai guru.

Advertisements

Entah sejak kapan dan sampai kapan ia menjadi guru, saya tak ingat persis. Ketika saya baru masuk kelas 1 madrasah ibtidaiyah itu, Pak Dul sudah ada di sana. Bertahun-tahun kemudian, ketika saya sudah menjelajah ke berbagai penjuru negeri, Pak Dul masih di sana.

Itulah kenapa saya mengenangnya sebagai guru sepanjang waktu. Bukan semata-mata karena ia guru paling lama di madrasah ibtidaiyah itu, tapi di sepanjang waktu dalam hidunya ia memang selalu mendidik murid-muridnya, tak hanya di ruang-ruang kelas, tapi juga di berbagai ruang lain.

Perawakannya lebih ramping dan lebih tinggi dibandingkan dengan guru-guru yang lain. Sesungguhnya ia memiliki sorot mata yang tajam penuh selidik. Namun, entah kenapa, ia nyaris tak pernah tak mengulum senyum di hadapan kami, para muridnya. Itulah yang membuat kami merasa Pak Dul adalah bapak kami, bukan sekadar guru kami. Kami adalah anak-anaknya, yang sedang dibukakan jendela untuk mengintip dunia.

Di madsrasah ibtidaiyah itu, Pak Dul adalah guru “sapu jagat”. Saat saya sekolah di situ, ia sudah menjadi kepala sekolah sekaligus guru pengganti. Tak banyak orang yang mau menjadi guru saat itu. Sebab, menjadi guru adalah sepenuhnya jalan pengabdian. Jangan pernah bermimpi tentang gaji. Karena itu, hampir saban hari ada kelas kosong. Di kelas-kelas kosong itulah Pak Dul selalu ada sebagai guru pengganti, pada mata pelajaran apa saja: Matematika, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, Akidah-Akhlak, Tarikh, dan lain sebagainya.

Halaman: 1 2 Show All

Tinggalkan Balasan