Fondasi Nalar Khilafah yang Rapuh

1,241 kali dibaca

Buku ini, yang berjudul Islam Yes, Khilafah No! menjelaskan kelemahan khilafah yang sering ditutup-tutupi ketimbang kelebih-kelebihannya yang selalu ditonjolkan. Masyarakat didesain memandang realitas secara parsial. Loyalitasnya minta ampun. Jamak diketahui bahwa penganut ideologi macam ini merasa yakin karena sedikit tahu dan mudah menegasikan kebenaran yang lain karena kurang paham.

Walaupun buku ini fokus menggembosi propaganda khilafah yang ada di bawah komando Taqiyuddin An-Nabhani, pada dasarnya Nadirsyah Hosen, penulis buku ini, mengingatkan bahwa ideologi-ideologi lain cenderung memiliki propaganda serupa: menutup rapat sisi buruknya.

Advertisements

Dalam kasus khilafah, terdapat tiga cara yang dilakukan. Pertama, dari puluhan kitab tarikh yang menjelaskan senarai kekuasaan khilafah, yang ditonjolkan dan dipopulerkan semata penggalan sejarah keemasannya saja. Ini kekeliruan massal yang melibatkan sebagian besar umat Islam. Buku pelajaran sejarah Islam di sekolah, ceramah keagamaan, ataupun buku-buku Islam populer, kutipan kisah yang disuguhkan hanya berkelindan pada aspek kemajuan dan kemakmuran. Keadilan melihat sejarah tidak ada. Tujuan membangkitkan ghirah keislaman tidak cukup uzur untuk menutupi hitam-putih fakta sejarah (hlm 45).

Misal, tentang Harun al-Rasyid. Dia populer sebagai simbol keemasan Islam. Jarang ada yang tahu bahwa dia berkepribadian aneh yang satu waktu tunduk beribadah di masjid, namun di waktu lain berpesta khamar. Bermabuk ria. Di satu saat dia memberikan santunan kepada fakir miskin, namun di lain saat dia membantai keluarga al-Barmaki, wazir kepercayaan keluarga Abbasiyah selama beberapa generasi, tanpa alasan. Dia pula yang mewariskan perang saudara antara kedua anaknya. Sisi gelap khalifah semacam itu yang diungkap dosen senior Monash University ini secara detail.

Kedua, ijtihad dalam Islam tidak mutlak benar. Ia penuh kemungkinan. Khilafah ada dalam ranah ijtihadi. Konsep khilafah yang digerakkan saat ini merupakan formulasi konseptual Taqiyuddin An-Nabhani. Padahal tidak hanya dia yang merumuskan konsep khilafah.

Ulama lain seperti al-Mawardi, al-Maududi, dan juga Abdul Wahab Khalaf melakukan hal serupa. Konsep negara Indonesia – menurut Nadirsyah Hosen- juga merupakan khilafah versi hasil ijtihad ulama Indonesia. Ketika satu ijtihad dianggap benar mutlak, ia telah memantul dari titik nalar ke titik keyakinan. Dari pemikiran ke ideologi. Saat itulah kajian ilmiah mampet (hlm 89).

Ketiga, penggiringan tafsir dilakukan searas dengan kepentingan. Rasulullah memang banyak menyebutkan urgensi khilafah. Yang dimaksud adalah kepemimpinan, bukan sistem kenegaraan. Buktinya Rasulullah tidak pernah mendesain secara tegas format sistem kepemimpinan dalam Islam.

Dalam bentangan sejarah, format kepemimpinan dalam Islam berubah-ubah yang menunjukkan bahwa bentuk pemerintahan sepenuhnya dipasrahkan kepada umat asal esensinya tidak bertentangan dengan syariat. Demi ideologi yang diperjuangkan, beberapa hadis daif disahihkan dan dipopulerkan, sedangkan hadis sahih tidak pernah disebut lantaran kontradiktif dengan kepentingan (hlm 136).

Kontribusi besar yang diberikan Rais Syuriah PCI NU Australia-New Zealand ini tidak hanya terletak pada kekayaan data yang tersurat dalam buku ini, namun juga pada kegigihannya menelusuri puluhan literatur guna menjelaskan spektrum klaim berdasarkan realitas sejarah. Dia seolah menyinggung kita yang mencukupkan apa yang kita yakini selama ini pada apa yang kita dengar dari orang, baca dari media dan buku, tanpa berusaha lebih jauh mencocokkan pada sumber primer dan menyandingkannya dengan sumber-sumber primer yang lain.

Pada taraf lebih esensial, Nadirsyah Hosen sesungguhnya tidak lagi berbicara tentang benar-salah khilafah, namun lebih pada benar-salahnya menyikapi beragam informasi. Kelemahan kita justru terletak di situ. Maklum jika kemudian hoax, fitnah, dan ujaran kebencian menumpuk di dunia maya dan nyata disebarkan oleh mereka yang punya kepentingan, diterima orang yang enggan melakukan chek and rechek, disebarkan ulang sebagai kebenaran dan diterima oleh kalangan masyarakat lebih luas dengan pola pikir serupa. Tanpa dinyana, akan banyak informasi abal-abal menjelma propaganda, bersalin rupa jadi ideologi yang diusung mati-matian hingga mati sungguhan.

Data Buku

Judul buku : Islam Yes, Khilafah No!
Penulis : Nadirsyah Hosen
Penerbit : SUKA PRESS
Cetakan : 2018
Tebal : xiii + 178 halaman
ISBN : 978–602- 1326-66-4

Multi-Page

Tinggalkan Balasan