Cerita Tiga Butir Padi

1,935 kali dibaca

Sebetulnya banyak cerita terkait miliaran butir padi di hamparan sawah itu. Hanya saja, seperti yang sampean tahu, di duniasantri.co belum ada rubrik novel—di mana saya dapat berpanjang-panjang bercerita. Walhasil, cuma tiga butir padi yang bakal saya ceritakan—yang bentuknya juga obrolan paling unik di antara mereka.

Sekarang, dapat sampean dengar, padi terkurus itu berujar, “Bagaimanapun dapat bermanfaat berkali-kali itu lebih bermanfaat ketimbang bermanfaat satu kali…”

Advertisements

“Betul,” jawab padi bertubuh sedang di antara dua temannya itu. persoalannya, katanya kemudian, bagaimana caranya?

“Sudahlah,” kata padi tergendut, “sebagai padi mbok ya a sudah cukup bagi kita menerima dan mensyukuri karunia Gusti Allah Ta’ala yang telah menciptakan kita untuk kemudian dimakan oleh burung atau manusia. Tidakkah kalian berpikir, kehadiran dan kemanfaatan kita yang sekali ini adalah nikmat yang luar biasa?”

“Memang,” tanggap Si Kurus, “tapi bila ada cara agar kita dapat bermanfaat berkali-kali, kenapa kita tak mencarinya? Apabila dapat bermanfaat berkali-kali, bukankah rasa syukur kita kepada-Nya pun jadi berkali-kali?”

Sembari manggut-manggut Si Sedang menanggapi dengan kalimat persis seperti tadi, “Betul. Persoalannya, bagaimana caranya?”

Sementara Si Kurus tampak berpikir, ada baiknya saya memberitahu sampean perihal penyebab mereka ngobrol segayeng itu. Semua ini bermula saat padi-padi yang lain tengah terlelap dalam buaian semilir angin yang digiring oleh ar-Rahman—Yang Maha Pengasih—, Si Kurus membangunkan dua temannya itu untuk menyimak dopokan dua orang santri yang beberapa saat tadi tampak duduk di gubuk bambu di sudut sawah itu.

Sampean jangan buru-buru menyimpulkan bahwa mereka adalah santri yang sedang kabur karena malas ngaji. Bukan, mereka sedang istirahat setelah menyiangi gulma di sepetak sawah milik kiai mereka.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan