Impiannya yang tertanam di hati sejak muda adalah memajukan masyarakatnya. Maka, setelah belajar kepada banyak guru, Buya H Zamzami Yunus akhirnya mendirikan Pondok Pesantren Ashhabul Yamin, tempat mengamalkan ilmunya. Kini menjadi pusat pendidikan bagi masyarakat Lasi Tuo, Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.
Buya Zamzami Yunus merupakan putra dari pasangan Yunus bin Angku Sutan dan Hj Baraddini binti H Musa. Ia dilahirkan di Lasi Tuo pada 5 Agustus 1947. Setelah mengenyam pendidikan dasar di Sekolah Rakyat (SD) di Ikua Tanjuang, Lasi Tuo, Buya Zamzami mulai belajar ilmu agama.
Saat itu, Buya Zamzami mulai mulazamah atau belajar mengaji kitab-kitab gundul kepada Buya Muhammad Zain atau Inyiak Katimbuang dari Lasi Tuo. Selain itu juga berguru kepada Syeikh Marapi dari Canduang.
Pada 1962, Buya Zamzami masuk Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) Canduang dan langsung duduk di kelas 4. Saat berada di MTI inilah Buya Zamzami bertemu dengan Syekh Sulaiman Arrasuli (Inyiak Canduang). Berkesempatan kepada orang alim ini membuat Buya Zamzami bahagia dan memacu semangat belajarnya. Saat itu, Syekh Sulaiman Arrasuli dikenal sebagai ulama besar lagi termasyhur dari Minangkabau. Bahkan, namanya sohor tak hanya di Indonesia, tapi juga di luar negeri.
Setelah tiga tahun belajar di MTI, Buya Zamzami mendapat ijazah ‘Ali. Masih belum puas dengan ilmu yang didapatkan di MTI Canduang, Buya Zamzami berkeinginan menambah ilmu dengan mencari dan menemui ulama-ulama yang berkompeten. Untuk itu, ia melanjutkan kuliyah syariah di Bustanul Muhaqqiqin Malalo yang dipimpin Syekh Zakariya Labai Sati. Buya Zamzami belajar di sini selama 6 tahun.
Rupanya, selama belajar di Bustanul Muhaqqiqin Malalo, Buya Zamzami diketahui telah menguasai ilmu nahu dan saraf. Karena kemampuannya itu, meskipun masih tercatat sebagai pelajar, ia telah diberi kepercayaan untuk juga untuk mengajar. Artinya, selain belajar, ia juga mengajar.