Bukan Bola, Sesajen Jangan Ditendang

912 kali dibaca

Lelaki yang mengenakan rompi hitam itu berdiri di tepi jurang terdampak erupsi Gunung Semeru. Tangannya menunjuk-nunjuk sesajen sambil tegas mengatakan, “Ini yang membuat murka Allah. Jarang sekali disadari, bahwa inilah yang mengundang murka Allah, hingga Allah menurunkan azabNya.”

Setelah mengucapkan itu, lelaki tersebut menyingkirkan sesajen itu dengan membuang dan menendangnya. Sedangkan temannya yang sedang merekam video itu terdengar bertakbir, “Allahu Akbar.” Video rekaman itu kemudian disebarluaskan lewat media sosial dan tak berapa lama langsung viral.

Advertisements

Akibat aksi lelaki tersebut banyak warga Indonesia yang geram, terutama masyarakat Lumajang Jatim, lebih-lebih Bupati Lumajang, Thoriqul Haq. Dalam wawancara virtual di salah satu televisi, Bupati Lumajang mengungkap bahwa kelakuan lelaki itu telah mencederai keberagaman yang selama ini dijunjung tinggi dan hidup berdampingan dengan damai.

Mencaci atau merusak sesembahan orang lain, dilarang dalam ajaran Islam, sebagaimana firman Allah dalam al-Quran surah al-An’am ayat 108, yang artinya, “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.”

Jika kita menghargai dan menghormati kepada agama yang kita yakini, maka seharusnya kita juga bisa menghargai dan menghormati agama yang mereka yakini. Sikap menghargai kepada agama yang kita anut, dapat dilihat dari seberapa besar kita menghargai agama umat lain.

Apabila si lelaki itu menendang karena niat berdakwah, bertujuan ingin melenyapkan kesyirikan dari muka bumi ini, misalnya, maka membuang dan menendang sesejan seperti itu tetap bukanlah cara berdakwah yang dibenarkan dalam Islam. Dalam surah an-Nahl ayat 125, Allah berfirman, “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

Dalam Tafsir Al Azhar, Buya Hamka menjelaskan bahwa hikmah adalah kebijaksanaan. Yaitu dengan cara yang bijaksana, akal budi yang mulia, dada yang lapang dan hati yang bersih agar menarik hati orang kepada agama Allah. Hikmah yang dimaksud juga sikap hidup dan perbuatan, bukan hanya kata-kata. Mauidah hasanah adalah penyampaian pesan yang baik sebagai nasihat. Sedangkan jidal adalah debat. Debat dipakai jika diperlukan. Itu pun dalam beradu argumentasi juga harus dilakukan dengan cara yang baik.

Hikmah (suri teladan), mauidah hasanah (pengajaran dengan memberi nasihat yang baik) dan jidal (berdebat) adalah metode dakwah dalam ajaran Islam. Penyebutan yang berurutan ini menunjukkan prioritas yang digunakan dalam berdakwah. Ayat ini juga menegaskan bahwa tugas kita hanyalah berdakwah (mengajak), sedangkan memberi hidayah (petunjuk) itu merupakan urusan Allah.

Perbuatan lelaki itu juga mengundang kegusaran putri sulung Gus Dur, Ning Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid alias Alissa Wahid. Hingga dalam cuitan twitternya, ia menulis, “Meyakini bahwa sesajen tidak boleh, monggo saja. Tapi, memaksa itu kepada yang meyakininya, itu yang tidak boleh.” Ia juga menambahkan, “Repot memang kalau ketemu yang model-model begini. Susah banget memahami bahwa dunia bukan milik kelompoknya saja.”

Hal senada juga disampaikan oleh Dr. H. Nadirsyah Hosen, LL.M., M.A., Ph.D. atau biasa dipanggil Gus Nadir. “Lihat salib, kamu cemas. Lihat sesajen, kamu galau. Lihat patung, kamu gelisah. Iman yang rapuh selalu tak nyaman,” kata Gus Nadir di akun twitternya. Bahkan ia juga melanjutkan, “Jika kamu hapus semuanya pun imanmu gak akan tambah kuat, karena masalahnya bukan pada mereka, tapi pada dirimu sendiri. Belajarlah untuk beragama dalam keberagaman.”

Netizen pun juga banyak yang marah. Kemarahan mereka diluapkan dalam status atau komentar beberapa postingan yang mengunggah video lelaki viral tersebut. Saya pun sebenarnya juga ingin jari ini menunjuk-nunjuk ke lelaki itu sambil berujar dengan kalimat yang hampir sama dengan yang ia lontarkan, “Ini yang membuat marah umat beragama. Jarang sekali disadari, bahwa inilah yang mengundang marah umat beragama, hingga umat beragama menurunkan kegeramannya.”

Sesajen bukan bola, jangan ditendang. Mari beragama yang ramah, bukan yang marah. Mari kita berpelukan menerima keragaman, bukan pertikaian yang tuai kegeraman.

Wallahu a’lam bishawab.

Multi-Page

Tinggalkan Balasan