Bila Santri Lomba Cas-cis-cus…

747 kali dibaca

Setiap akhir sanah (akhir tahun), di Pondok Pesantren Annuqayah—pada era saya— selalu diadakan kegiatan berbagai macam lomba. Ada banyak hal yang diperlombakan, seperti karnaval, cipta puisi, menulis cerpen, majalah dinding, tenis meja, bulu tangkis, dan lain sebagainya.

Salah satu lomba yang saya ikuti bersama Syafi’i (lagi-lagi Syafi’i, seperti yang saya tulis di lain artikel bahwa Syafi’i adalah teman karib, akrab, dan dekat) adalah kontes atau lomba percakapan Bahasa Inggris.

Advertisements

Meskipun kami (saya dan Syafi’i) tidak ama-amat pintar dalam berbahasa Inggris, namun saya terdaftar sebagai siswa (pilihan) di kelas khusus Bahasa Inggris yang tutornya langsung datang dari Amerika Serikat, yaitu Rob Beadecker. Sementara Syafi’i tercatat sebagai guru Bahasa Inggris (setelah duduk di bangku kuliah) di MTs I Annuqayah. Jadi dengan dasar itu dapat disimpulkan bahwa kami mumpuni (sedikit) dalam hal ke-Inggris-an. Ini bukan sebuah kesombongan, tetapi sebuah pilihan untuk tahadduts binni’am; (membincangkan nikmat Tuhan).

“Ikut lomba Bahasa Inggris, yuk,” ajak Syafi’i pada saat itu di antara sekian banyak santri yang berlalu lalang di halaman madrasah.

“Hah?! Ikut lomba Bahasa Inggris?” saya terkejut karena sama sekali tak ada persiapan.

Ayuk la…, yang penting tampil,” desak Syafi’i meyakinkan dan di-iyakan oleh saya.

Jadilah kami dengan persiapan minimalis mengikuti lomba percakapan Bahasa Inggris. Entah apa yang akan kami ungkapkan pada saat tampil. Pastinya, sebagaimana Syafi’i bilang, berbekal “PD” dan yang penting tampil. Yang terpikir saat itu adalah, hanya terkait dengan “what’s your name, how are you, where do you come from, what’s are you doing,” dan seterusnya.

Waktu acara lomba pun tiba. Saya deg-degan, saya yakin Syafi’i juga demikian. Tapi kami tidak saling memberi tahu. Sendiri dalam kegalauan, dan sepi dalam gemeteran. Sesaat sebelum naik panggung, saya baca bismillah dan teman-temannya. Saya lirik Syafi’i, ia begitu tenang. Membuat hati saya juga serasa damai. Meskipun “PD” saja tidak cukup, tetapi pada saat itu kami benar-benar berbekal kepercayaan diri.

Halaman: First 1 2 3 Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan