Belajar Politik dari Imam al-Ghazali

1,818 kali dibaca

Menghitung nikmat Tuhan tentu tidak akan pernah menemukan ujung. Maka dari itu, di antara banyaknya nikman-Nya, salah satunya adalah menjadi pemimpin yang adil. Jabatan pemimpin ibaratnya sebuah payung Tuhan di Bumi. Seorang pemimpin akan disegani dan dihormati oleh rakyatnya jika berlaku kebajikan. Dan akan dibenci bila pemimpin tidak sesuai dengan apa yang diharapkan rakyat.

Maka kata “benci” menjadi olok-olok yang akan kerap disandangkan dan terus diingat sampai pemimpin (yang bersangkutan) menghadap Tuhan. Dia akan dicap sesuai dengan perbuatannya. Oleh karenanya, pemimpin yang baik adalah pemimpin yang segala orientasinya sepenuhnya dialamatkan kepada rakyat, bukan untuk sanak keluarga sendiri.

Advertisements

Agar dihargai, maka pemimpin harus berlaku adil seadil-adilnya terhadap rakyat. Dan sepatutnya pemimpin berlaku demikian, lebih dekat kepada rakyat. Sebab, jika tidak demikian dia akan dilaknat oleh Tuhan karena tidak menjadi khalifah yang baik di Bumi, lebih khusus bagi rakyatnya. Apalagi setiap harapan rakyat pasti dan memang (hanya) ingin mendapat perlakuan yang baik.

Kepemimpinan akan menjadi semakin urgen setelah mematangkan prioritas atau terget di masa kepemimpinannya. Mengembangkan Sumber Daya Manusia dan pembangunan secara umum haruslah menjadi program prioritas demi kemaslahatan bersama.

Oleh karenanya, kezaliman atau yang biasa kita kenal dengan istilah“korupsi” tidak boleh terjadi. Dalam kepemimpinan, diperlukan ketegasan dan kebijakan seorang pemimpin untuk mengarahkan orang-orang bawahan agar melakukan pekerjaan sesuai job discription-nya, dan  dapat memastikan tidak akan ada penyelewengan dari bawahan. Karena, jika bawahan melenceng dari pekerjaan semestinya, maka yang akan tertimpa jatuh tangganya adalah pemimpin. Sebab dinilai tidak becus dalam memimpin bawahannya.

Nyatanya apa yang terjadi sekarang sudah terjadi di masa lampau, seperti yang dikisahkan oleh Imam al-Ghazali dalam kitabnya berjudul al-Tibr al-Masbuk fi Nasihat al-Milk. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi sebuah buku yang berjudul Adab Berpolitik, Nasihat dan Hikayat untuk Pemimpin dan Penguasa.

Dalam buku setebal 344 halaman yang diterbitkan oleh Penerbit Qaf pada 2020 ini, al-Ghazali banyak menceritakan pemimpin masa lalu, mulai dari masa Nabi, khalifah, kekaisaran, dan para raja.

Dahulu, seperti diceritakan dalam beberapa hikayat pada buku ini, banyak pemimpin yang lebih mementingkan kepentingan dunia dengan cara memperkaya diri dan penguasaan wilayah. Hal itu dilakukan hanya untuk membahagiakan diri sendiri.

Padahal, kebahagiaan yang sejati adalah ketika jabatan yang kita sandang atau emban berorientasi pada rakyat semata. Siapa yang menjalakan kepemimpinan dengan benar maka akan mendapatkan kebahagiaan yang tiada batasnya (hal.24). Di sinilah letak terpenting pemimpin sebagai khalifah fil ‘ardhi yang dimaksudkan dalam Al-Quran.

Melalui buku ini, al-Ghazali menempatkan isu keadilan dalam posisi penting dan khusus dalam kepemimpinan, karena masalah keadilan mencakup seluruh dimensi kehidupan manusia. Namun, al-Ghazali juga mengingatkan bahwa kata “keadilan” tidak hanya berlaku pada seorang pemimpin, akan tetapi juga berlaku untuk semua orang, seperti keadilan orang tua pada anak, suami pada istri, guru pada murid, yang dewasa kepada yang muda, bahkan adil kepada diri sendiri.

Meskipun begitu, kitab ini memang menitiberatkan pembahasan soal keadilan pada orang-orang yang memegang jabatan atau kepemimpinan. Sebab, dengan memegang jabatan atau menjadi pemimpin, seseorang sedang mengemban titel sebagai khalifah di bumi atau biasa kita sebut kepanjangan tangan Tuhan.

Dengan posisinya itu, pemimpin yang berlaku adil akan dijamin oleh Tuhan untuk menetap di surga yang dijanjikan. Siapa yang mempraktikkan keadilan, niscaya Allah akan mengantarkan ke surge (hal.115).

Dengan jaminan ini masihkah pemimpin tidak mengindahkan keadilan? Atau akan sebaliknya? Kita hanya bisa menikmati panggung sandiwara para pemimpin yang tak henti-henti menelikung rakyat jelata?

Semoga kehadiran buku ini akan menambah wawasan kita tentang pemimpin-pemimpin dan adab berpolitik yang baik dan benar. Apalagi kita juga tahu bahwa Imam al-Ghazali adalah ulama yang terkenal alim dan zuhud, sehingga kekeliruan atau pendistrosian sangat dimungkinkan terhindar.

Dan juga, buku ini layak dibaca bagi orang yang hendak mengabdikan dirinya untuk rakyat. Maka rekomendasi bacaan yang baik dan benar ialah buku ini Adab Berpolitik terlebih bagi kita yang tidak tahu membaca kitab kuning.

Dengan kehadiran buku ini semoga mampu memberikan teguran keras bagi pemimpin yang tidak berlaku adil. Sebab rakyat tidak butuh pemimpin yang kaya materi, tapi rakyat butuh pemimpin yang berkeadillan. Wallahu A’lam.

Data Buku

Judul               : Adab Berpolitik, Nasihat dan Hikayat untuk Pemimpin dan Penguasa
Penulis            : Imam al-Ghazali
ISBN               : 978-602-5547-83-6
Dimensi          :13 × 19 cm
Halaman         : 344/SC/Bookpaper
Bulan terbit    : Agustus 2020
Penerbit          : Qaf

Multi-Page

Tinggalkan Balasan