BATU NISAN FIKRI

613 kali dibaca

BATU NISAN FIKRI

Laksana kemarin
hujan berkisah, musim lembab di halaman,
Pula aku teringat ibumu tersungkur menyanjung, ayah
Tolong tebarkan biji kecil hidup yang daim
Kau berziarah kubur, yang mesti
Tak tahan rasanya
; sekelumit tanah baka
Iya, memang lenyap dari terik matahari

Advertisements

Sumenep, 2022.

ZIARAH

Tabiat rumput laut tersirat dalam bendungan mata air lalu mengembun
Lelaki menjejakinya selembut sutra dari mana kau berikhwal tentang doa penyair menjadi terkabulkan
Segerombolan orang di pundaknya ditata yang keluar dari mulut rumah

Lalu apa ketika diam
Sedang jalan dipakainya lampu-lampu tuk terangi gulitanya malam

Bukan diam, maka leburkan hatimu pada batu-batu
Sebelum pintu menyepi dihalang masuk oleh raja
Menyisakan tangis yang haru
Hingga akhirnya heran cahaya masuk dari pintu rumahnya.

Akhirnya, kurasakan juga betapa daun peduli dengan tetabuhan yang terselip di dahan pohon
Diam kupungut mentari jinggamu yang berbaring tanah
Lantaran seekor kumbang jatuh merisih, aku lirih
setahuku kamu yang berdiri di pojok ruangan itu, sambil berdauh?

Sumenep, 2022.

PUPUS

Ia duduk di atas batu basah dan kaki-kaki digerakkan
Semula menyela sumber air di bawah bongkahannya
Ataukah hanya lenyap dari bibir-bibir rengkah yang mengumpat matahari
Ia tak kuasa menjelma bunga, lupa memandang pohon-pohon

Bagaimanakah buah yang jatuh tersungkur utuh dari angin?
Ada semu di antara mereka
Kerikil pun mematung, menangkap yang datang
Sebab, hujan mesti dengan suaranya yang berbeda.

Kajujila, 2022.

Tinggalkan Balasan