Wajah-wajah di Persimpangan Jalan

1,041 kali dibaca

Lelaki itu terus saja meliuk-liukkan badannya yang ramping pada setiap mobil yang berhenti. Suara sound portabel yang dibawanya cukup membuat gemuruh pada sore yang dipenuhi rintik hujan. Terdengar lagu-lagu anak yang mudah sekali dihafal dan diikuti. Ia berkostum badut, berperut datar, tidak gendut layaknya badut ulang tahun. Di belakangnya beberapa penjual kerupuk, minuman, dan makanan ringan turut memeriahkan jalanan.

Sering kali ia menepuk tangan, sesekali pula menengadahkan tangan. Ia terus saja berjalan menghampiri kendaraan demi kendaraan. Beberapa pengendara di depan melambaikan tangan sebagai pertanda belum bisa memberikan bantuan.

Advertisements

Mobil yang kukendarai sudah hampir sampai di hadapannya. Lampu perempatan pun sudah berganti merah. Saatnya melepas gas dan kopling; menarik rem tangan; dan meluruskan kaki sejenak sembari menunggu lampu hijau.

“Ayah, itu badut Ayah,” suara anak semata wayangku yang tampak terhibur menyaksikannya.

“Nayla suka melihatnya?” tanyaku padanya yang duduk di kursi depan.

“Lucu Ayah,” Nayla yang kini beranjak kelas 3 SD mulai memvideo tingkah polah badut itu melalui ponselnya.

“Kamu kasih uang ya, Nak?” instruksi istriku yang duduk di belakang ternyata sudah mengamati gelagat Nayla.

“Kenapa, Ma?” tanya Nayla.

“Tanda terima kasih telah membuat kita tertawa.”

Lampu sudah hijau. Kali ini jalanan kota lumayan padat di sore hari. Rintik hujan membuat suasana semakin syahdu. Tampak beberapa kendaraan dari luar daerah bahkan luar provinsi turut membanjiri jalanan ini. Ya, hari Sabtu ini memang harinya melepaskan segala kepenatan. Termasuk Nayla, yang hari ini memaksa ayah mamanya menuruti kemauannya: makan di restoran cepat saji dan bermain di pusat perbelanjaan.

Laju kendaraan baru 1 kilometer. Di depan sudah terlihat perhentian dan penumpukan kendaraan. Perempatan kedua. Ada pemandangan yang hampir sama dari perempatan pertama. Dua anak kecil, yang laki-laki sekira usia Nayla dan satunya perempuan yang lebih muda lagi usianya. Dengan menepukkan tangan dan bernyanyi sebisanya menghampiri satu persatu kendaraan. Keduanya bertelanjang kaki menyusuri aspal yang beberapa bagiannya berlubang.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan