Wahdatul Wujud: Tafsir Kekinian (1)

33,334 kali dibaca

Konsep wahdatul wujud yang diprakarsai oleh Ibnu Arabi menimbulkan polemik dan diskursus pelik di antara para ulama. Dari konsep manunggaling kawula lan Gusti ini kemudian lahir kelompok yang pro dan kontra.

Hakikat dari konseo wahdatul wujud adalah bagaimana seseorang ingin begitu dekat dengan Tuhan, kemudian meluruh dan lebur bersama maujud Tuhan. Prinsip pemahaman ini yang kemudian menimbulkan pro-kontra di antara ulama yang satu dengan ulama lainnya.

Advertisements

Diperlukan pemahaman yang hakiki untuk menyelami kaidah wahdatul wujud. Karena pemahaman konsep ini akan berakibat fatal bagi masyarakat kebanyakan (awam) yang belum mengerti dasar-dasar syariat yang sesungguhnya. Ketika muncul persoalan akidah terhadap hakikat ilahiyah (ketuhanan), tidak sedikit yang kemudian menafsirkan konsep radikal, bahkan hingga hukuman mati sekalipun. Tentu hal ini bukan jalan keluar yang benar, karena penghakiman “kafir” seseorang bukan ranah manusia, tetapi hak prerogatif Tuhan.

Terlepas dari pro-kontra terhadap konsep wahdatul wujud, paham ini tetap berkembang dan tumbuh secara normatif dan tersebar di banyak kalangan. Maka menjadi niscaya, jika kemudian kaidah wahdatul wujud didiskusikan dan dikaji sedemikian, dengan cara ilmiah, agar khazanah terhadap pengetahuan ini semakin baik dan dapat dipertanggung-jawabkan.

Konsep wahdatul wujud di tengah masyarakat awam tidak berkembang sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi, di berbagai lembaga pendidikan, utamanya di perguruan-perguruan tinggi, konsep “kesatuan eksistensi” ini menjadi diskusi yang sangat menarik.

Makna Wahdatul Wujud

Secara etimologi, wahdatul wujud berasal dari kata wahdah (وحدة) yang berarti tunggal, satu, atau kesatuan dan alwujud  (الوجود) yang berarti ada, eksistensi, atau keberadaan. Secara harfiah, wahdatul wujud artinya adalah “kesatuan eksistensi”. Sementara, menurut istilah (epistimologi), wahdatul wujud adalah pemahaman yang tidak mengakui adanya perbedaan antara Tuhan dengan makhluk. Karena wujud makhluk manifestasi dari keberadaan Tuhan. Tuhan memperlihatkan diri dengan wujud keseluruhan makhluk yang ada. Tidak ada satu pun di alam dunia ini kecuali eksistensi dari adanya (wujud) Tuhan.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan