Urgensi Mujahid Digital Saat Ini

1,014 kali dibaca

Permasalahan bangsa saat ini semakin pelik dan kompleks. Kebutuhan terhadap dakwah dengan kreativitas metode kian mendesak. Di tengah kecamuk fenomena internal umat dengan tranding isu kebangsaan yang mencuat, dakwah diharapkan menjadi oase kehangatan menjaga persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Disadari atau tidak, perubahan dan permaslahan yang terjadi secara tidak langsung menuntut restrukturisasi dakwah agar bisa menyesuaikan dengan kecenderungan yang ada. Islam yang dijalankan dengan ramah-tamah telah berafielasi dengan legitimasi kultural bangsa, sejauh ini, cukup berhasil menjaga kedaulatan bangsa dibandingkan dengan konflik internal negara lain yang kian memanas akibat latar perbedaan, wacana rasisme dan arogansi struktural.

Advertisements

Merestorasi metode dakwah berikut pemahaman-pemahaman substansi materil tetap menjadi suatu keniscayaan. Keberhasilan bukan menjadi alasan para mujahid kebangsaan jatuh pada konservatisme dakwah tanpa kreatifitas baru yang nantinya Islam akan runtuh di tangan mereka. Dakwah tidak ubahnya representatif konsep keagamaan, bagaimana relevansi Islam tetap konsisten dan eksistensif dalam mengawal permaslahan umat di tengah perubahan yang semakin kompleks.

Diskursus Perubahan

Diskursus perubahan dalam tatanan sosial menjadi alasan primer bagi semangat kemanusiaan terus hidup eksis di dunia (legal survival). Setidaknya, dalam korelasinya dengan perubahan, manusia selalu dipacu oleh dua varian motivasi yang menentukan posisi subjek-objek dalam suatu konstelasi pacu perubahan (Teori Perubahan Sosial, Samuel Koening).

Pertama, manusia dipacu oleh sifat naluriyah mereka sendiri yang bersemayam secara instriksional dalam jiwanya: keserakahan dan rasa tidak cukup (Dinosyan: Dewa Kebejatan oleh Para Filsuf Yunani di Era Religi Olympus). Dalam varian yang pertama ini, manusia berperan sebagai subjek memodifikasi keadaaan sesuai dengan kehendaknya. Kita dapat mengambil contoh dari kemudahan-kemudahan yang diciptakan manusia dengan personifikasi mesin teknologi yang terdapat dalam dunia industri. Kepentingan ekonomis telah memacu kesadaran manusia untuk merancang dunia dengan alat, yang secara bersamaan, menghilangkan nilai kolektivitas berupa tatanan etik kemanusiaan seperti gotong-royong.

Halaman: First 1 2 3 ... Next → Last Show All

Tinggalkan Balasan